EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan siap memfasilitasi proyek rintisan produksi minyak makan merah sebagai alternatif pengganti minyak goreng sawit yang dikonsumsi masyarakat saat ini. Hal itu ditegaskan Erick Thohir saat meninjau perkembangan pembangunan pabrik minyak makan merah yang tengah digarap oleh PTPN Group di Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (6/1).
"BUMN siap memfasilitasi proyek rintisan produksi, dan hendaknya didukung oleh percepatan dalam soal lisensi edar dan keamanan konsumsi," kata Erick Thohir yang didampingi Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani.
Pengembangan minyak makan merah merupakan program pemerintah untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng sawit dan mempermudah penyerapan tandan buah segar (TBS) sawit. Selain itu, minyak makan merah punya nutrisi tinggi serta kaya vitamin yang dibutuhkan tubuh.
"Potensi kita cukup besar, dan bahkan ada proyeksi permintaan global meningkat di beberapa tahun mendatang karena kesadaran akan kebutuhan pangan sehat," tambah Erick.
Ada tiga pabrik minyak makan merah yang didirikan di Sumatera Utara. Ini merupakan pilot project yang teknologinya dikembangkan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang juga anak usaha PTPN Group. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah berkunjung ke sana untuk meninjau proses penelitiannya.
Jika proyek percontohan di Deli Serdang itu sukses, nantinya akan dikembangkan di seluruh Indonesia.
Erick Thohir menyampaikan, pembangunan pabrik minyak makan merah itu ditargetkan akan beroperasi pada awal tahun ini. Percepatan pengoperasian dilakukan untuk merespons kebutuhan minyak goreng sehat bagi masyarakat.
Erick berharap, dengan adanya minyak makan merah ini dapat mengatasi kasus kelangkaan minyak goreng seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
"Karena itu, terlepas isu kelangkaan minyak goreng sudah mereda, kami di BUMN ingin ini tidak boleh terjadi lagi," kata Erick.
Dari sisi petani, Erick mengatakan produksi minyak makan merah dapat mendorong ekonomi rakyat lantaran produksinya bekerja sama dengan koperasi petani sawit.
"Kita ingin mendorong ekonomi rakyat, petani. Jangan petani posisinya selalu menjadi objek. Kita mulai percayakan kepada rakyat kita bagaimana mengelola sumberdaya alamnya," tambah Erick.
Untuk itu, kata Erick, pihaknya melakukan terobosan untuk mendirikan pabrik minyak kelapa sawit merah per 1.000 hektare lahan. Untuk pemasaran, kata Erick, pihaknya juga akan membantu membuka pasar ekspor seperti ke China hingga Afrika.
Tentang Minyak Makan Merah
Seperti halnya minyak goreng biasa, minyak makan merah diproduksi dari buah kelapa sawit. Perbedaannya terletak pada proses pemurniannya (refined).
Jika minyak goreng biasa telah melalui tahap bleaching (proses yang membuat warna minyak goreng menjadi bening), minyak makan merah justru mempertahankan keaslian warna merah yang berasal dari warna asli buah sawit. Sebab, di situlah terkandung karotenoid, zat bergizi yang menyehatkan.
Karotenoid adalah senyawa kimia yang memberi warna alami pada buah dan sayuran. Karotenoid termasuk dalam keluarga antioksidan yang dapat melindungi manusia dari berbagai risiko penyakit dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Minyak makan merah diketahui memiliki kandungan vitamin A dan E yang tinggi. Dengan begitu, minyak makan merah dapat berperan mengatasi persoalan stunting atau kekerdilan karena kekurangan vitamin A dan E, terutama di wilayah pedesaan.
Untuk menjamin kualitas produk, Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah mengeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produksi massal minyak makan merah.
Lantaran proses penyulingannya yang lebih pendek dari minyak makan biasa, harga minyak makan merah bisa ditekan menjadi lebih murah. Sebagai gambaran, jika tak ada perubahan, minyak makan merah rencananya akan dijual Rp9 ribu per liter, lebih murah dibanding Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng curah yang mencapai Rp14 ribu per liter.
“Minyak makan merah ini lebih sehat dan punya banyak manfaat. Dengan beroperasinya pabrik ini, diharapkan dapat memecahkan permasalahan pasokan minyak goreng, menghadirkan minyak goreng yang terjangkau bagi rakyat, serta memberikan nilai tambah bagi petani sawit,” kata Erick.