EKBIS.CO, JAKARTA -- Tim Analis Tokocrypto menyampaikan bahwa kenaikan harga Bitcoin (BTC) memompa kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan hingga hampir menyentuh satu triliun dolar AS. "Ini juga menjadi menambah kepercayaan diri pelaku pasar kripto, sehingga sentimen market kembali positif," kata Tim Analis Tokocrypto dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (16/1/2023).
Memasuki awal 2023, harga BTC mencapai level psikologis di atas 20 ribu dolar AS atau sekitar Rp 300 juta dalam beberapa hari terakhir.
Kenaikan ini didorong oleh indeks dolar AS (DXY) yang mendingin dan data inflasi AS yang positif dalam laporan Consumer Price Index (CPI) terbaru dirilis pekan lalu, sehingga menjaga laju kripto yang lebih tinggi.
Sesuai dengan prediksi, data inflasi AS diumumkan menurun menjadi sebesar 6,5 persen. Laju inflasi yang lebih lambat kemungkinan akan membuka jalan bagi The Fed untuk menurunkan laju kenaikan suku bunga menjadi 25 basis poin (bps) dari 50 bps pada Desember 2022.
Sejak harga Bitcoin naik ke level tertinggi tahunan di level 18.898 dolar AS pada 12 Januari 2022, banyak investor dan trader yang meyakini bahwa 15.600 dolar AS merupakan titik bottom BTC yang baru.
"Kenaikan ke titik 20 ribu dolar AS ini merupakan yang pertama kalinya sejak keruntuhan FTX yang mulai kolaps pada November lalu. Saat itu, BTC terjun bebas dari 21.300 dolar AS menjadi 15.600 dolar AS atau 20 persen hanya dalam waktu lima hari saja. Meski harga masih belum pulih sepenuhnya, nilai BTC saat ini masih lebih rendah 71 persen dari all time high (ATH) di 69 ribu dolar AS pada November 2021,"ungkap Tim Analis Tokocrypto.
Pada Senin (16/1/2023), ada kenaikan dari Fear and Greed Index yang berhasil menyentuh level 45 atau naik 20 poin dari tujuh hari sebelumnya
Pencapaian market pada pekan lalu bisa dilabeli sebagai green weekend karena keseluruhan aset kripto mengalami kenaikan yang cukup signifikan, baik Bitcoin maupun Altcoin pada penutupan kandil mingguannya.
Dari analisis teknikal, Bitcoin tampaknya sudah masuk dalam zona resistensi yang berada di kisaran angka 21 ribu dolar AS. Namun di sisi lain, terdapat ancaman bull trap yang harus diwaspadai investor.
Tekanan beli tinggi menjadi faktor utama naiknya harga Bitcoin. Hal tersebut terlihat dari kenaikan Relative Strength Index (RSI) yang berhasil menyentuh level 50. "Jika sinyal RSI berada di atas 50, maka tren sedang naik,"ucap tim.
Di sisi lain, Tim Analis Tokocrypto melihat dari RSI BTC sudah menunjukkan sinyal overbought menuju level di bawah 50. Dengan sinyal tersebut, harga BTC diproyeksikan akan kembali terkoreksi.
Menurut tim, overbought sudah sering terjadi di market kripto yang terjadi ketika harga aset sudah mencapai reli panjang, akan mengalami sedikit koreksi dan ada kemungkinan bisa bull run.
Saat ini, BTC mungkin akan mengalami pola koreksi jika gagal breakout. Level resistensi terdekat berada di 21.321 dolar AS dan menjadi penghalang terdekat yang harus ditembus untuk bergerak lebih tinggi. Namun, apabila terjadi breakout akan menarik ke level support pada harga 20.879 dolar AS.
Di samping itu, sikap The Fed juga menjadi penentu masa depan market kripto. Jika melihat pergerakan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) di Februari 2023 terjadi kenaikan sebesar 50 basis poin, maka masih berada di jalan yang panjang untuk menekan inflasi AS pada tahun ini.
Secara mayoritas, para ahli percaya bahwa kenaikan suku bunga dan kebijakan moneter yang lebih ketat tidak akan memungkinkan Bitcoin untuk pulih secara tajam dalam waktu dekat. Seperti di pasar yang tidak pasti seperti ini, investor tidak akan memilih untuk berinvestasi atau membeli aset berisiko, seperti Bitcoin.