EKBIS.CO, MELBOURNE -- Rio Tinto melihat akan ada peningkatan volatilitas saat pembukaan kembali China dari pembatasan Covid-19. Menurutnya, pembukaan pembatasan tersebut dilakukan untuk meningkatkan risiko jangka pendek kekurangan tenaga kerja dan rantai pasokan.
Selain itu, hal tersebut juga menandai awal yang kuat untuk pengiriman bijih besi pada 2023. Dikutip dari Reuters, Selasa (17/1/2023), perusahaan penambang Anglo-Australia itu mengatakan konsumen tetap berhati-hati terhadap pasar properti China yang telah mendukung perekonomian.
Rio Tinto menganggap bahwa permintaan global yang melambat menimbulkan beberapa risiko terhadap ekspornya. Sementara sektor properti China sangat terperosok tahun lalu karena pengembang yang dililit utang gagal menyelesaikan proyek.
Rio Tinto tampaknya akan mempertahankan mahkotanya sebagai produsen bijih besi terbesar di dunia. Terlebih, pengiriman bijih besi triwulanan datang sedikit di depan ekspektasi, mendekati dasar panduan tahun ini.
"Hasilnya sejalan. Senang melihat mereka membuat panduan bijih besi mereka. Rio juga mencatat bahwa inventaris sistem sehat. Itu menempatkan mereka di jalur untuk awal yang baik hingga 2023," kata Glyn Lawcock dari Barrenjoey di Sydney.
Pengiriman bijih besi sedikit meningkat pada kuartal terakhir 2022 karena adanya peningkatan yang berkelanjutan di tambang Gudai-Darri Rio di Australia Barat. Peningkatan itu diperkirakan akan mencapai kapasitas yang dirancang untuk diproduksi selama 2023.
Pengiriman bijih besi untuk kuartal terakhir 2022 naik 3,8 persen menjadi 87,3 juta ton (Mt). Rio Tinto mempertahankan perkiraan pengiriman bijih besi setahun penuh dari 320 Mt menjadi 335 Mt.
"Pasar mungkin kecewa dengan tembaga yang ditambang dan jelas mereka menandai babak pertama yang sulit dengan membangun kembali smelter besar di Kennecott," ujar Lawcock.