Senin 23 Jan 2023 08:47 WIB

Ini Pilihan Saham Berpotensi Cuan saat Permintaan Besi dan Baja Meningkat

Permintaan besi dan baja meningkat seiring pemulihan ekonomi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Prospek kinerja bisnis baja dan besi pada tahun 2023 ini diproyeksi masih berpotensi tumbuh positif seiring kenaikan permintaan besi dan baja dalam negeri yang masih tinggi.
Foto: ANTARA FOTO/ASEP FATHULRAHMAN
Prospek kinerja bisnis baja dan besi pada tahun 2023 ini diproyeksi masih berpotensi tumbuh positif seiring kenaikan permintaan besi dan baja dalam negeri yang masih tinggi.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Prospek kinerja bisnis baja dan besi pada tahun 2023 ini diproyeksi masih berpotensi tumbuh positif seiring kenaikan permintaan besi dan baja dalam negeri yang masih tinggi. Permintaan besi dan baja berpotensi mengalami kenaikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kian pulih.

Ekonomi Nasional yang tumbuh 5,72 persen yoy pada kuartal III 2022 salah satunya juga didukung oleh kontribusi ekspor industri besi dan baja yang cukup kuat. Financial Expert Ajaib Sekuritas Asia Chisty Maryani mengatakan sejumlah emiten besi baja pun akan terdongkrak katalis positif. 

Baca Juga

Katalis pertama yakni proyek infrastruktur dari nasional ataupun swasta salah satunya yaitu pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Proyek ibu kota baru tersebut diproyeksikan membutuhkan baja sebesar 9,3 juta MT pada tahap 1 dan 2. 

"Kinerja emiten besi baja juga akan didukung proyek kendaraan listrik. Saat ini salah satu fokus pemerintah adalah penggunaan kendaraan listrik," kata Chisty akhir pekan lalu. 

Selain itu, ada juga pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara hingga pada sektor energi seperti pembangkit listrik, kilang minyak dan gas bumi. Konstruksi lainnya juga mendukung seperti pembangunan perumahan, apartemen dll.

Terakhir, kebijakan pemerintah Indonesia mengenai Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) 10,5 persen-12,5 persen terhadap baja impor turut berdampak terhadap kenaikan konsumsi baja dalam negeri di masa datang.

Sementara, tantangan yang menjadi katalis negatif untuk besi baja berasal dari penurunan permintaan global seiring dengan dampak perlambatan ekonomi global yang telah diprediksi sejak awal tahun 2023.

Dengan berbagai sentimen tersebut, menurut Chisty saham KRAS menarik untuk dicermati. Secara jangka pendek KRAS berpeluang mengalami penguatan karena indicator momentum MACD bar histogram sudah bergerak pada area positif. 

"KRAS berpeluang tumbuh menuju resistance terdekat pada level 312," kata Chisty. 

Selain dari potensi penguatan secara teknikal, kinerja KRAS sepanjang kuartal III 2022 juga mampu mencatat peningkatan laba bersih yang tumbuh 134 persen yoy mencapai 80,3 juta dolar AS. Perolehan laba bersih tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan yang tumbuh 14,5 persen yoy mencapai 1,8 miliar dolar AS. 

Peningkatan EBITDA KRAS mencapai 98 persen yoy senilai 116 juta dolar AS. Saat ini KRAS memiliki fundamental yang cukup solid dan berpeluang terus mencatat pertumbuhan kinerja seiring dengan kenaikan permintaan besi baja dalam negeri.

Chisty melihat saham GGRP juga bisa menjadi pilihan emiten besi baja lainnya dengan potensi kenaikan dalam jangka waktu dekat secara teknikal. Stochastic bergerak di area netral dan MACD bar histogram dalam momentum positif. GGRP juga terpantau bergerak di atas MA-5 sehingga berpotensi menguat menuju resistance selanjutnya di level 520. 

Kinerja GGRP pada kuartal III 2022 juga terpantau mencatat peningkatan penjualan bersih 44 persen yoy mencapai 723 juta dolar AS. Dari sisi bottom line, laba bersih GGRP tumbuh 22 persen yoy mencapai sebesar 49 juta dolar AS.

GGRP berpotensi terus mencatat peningkatan kinerja seiring dengan gencarnya perseroan melakukan penetrasi ekspor di sejumlah negara global. Hingga September 2022 lalu, GGRP juga mampu meningkatkan pangsa ekspor 56 persen yoy mencapai 45 juta dolar AS dengan negara tujuan ekspor diantaranya Amerika Serikat, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, Australia dan Uni Emirat Arab.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement