EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri meminta kepada Bulog untuk fokus pada tugas utama dari pemerintah dalam melakukan stabilitasi pasokan dan harga beras saat ini. Menurutnya, itu lebih baik dibandingkan menyalahkan mafia beras yang selalu menjadi sasaran Bulog ketika harga beras meningkat.
"Alih-alih menyudutkan pihak lain, saya lebih mendorong Bulog untuk evaluasi diri atas kinerjanya," kata Mansuri kepada Republika, Sabtu (4/2/2023).
Mansuri menuturkan, pihaknya kurang sepakat dengan istilah mafia yang digunakan oleh Bulog. Namun, lebih kepada pedagang besar di atas pasar eceran yang sebatas mengambil keuntungan lebih dalam menjual beras.
Hanya saja ia pun sepakat mereka harus ditertibkan agar stabilitas dapat dijaga. Itu merupakan tugas utama dari Satgas Pangan sekaligus Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam melakukan pengawasan dan penertiban praktik-praktik tersebut.
Sementara, Bulog fokus untuk membanjiri pasar dengan cadangan beras yang dimiliki. "Kami setuju pihak yang bermain disitu harus diluruskan, ditegur," kata dia.
Sekretaris Jenderal Ikappi, Reynaldi menilai, pangkal masalah yang berlarut ini karena kesalahan Bulog yang tidak optimal melakukan penyerapan beras pada musim panen tahun lalu. Itu menyebabkan Bulog kekurangan cadangan untuk stabilisasi harga.
"Ini jadi masalah sekarang sehingga mempengaruhi harga di pasaran. Walau sudah ada impor, tetapi proses berkurangnya beras di pasaran jadi persoalan," kata Reynaldi.
Ikappi mencatat, kenaikan harga beras, terutama jenis medium sudah terjadi lebih dari dua bulan hingga pemerintah memutuskan impor. Ia memproyeksi, kenaikan harga beras ini kemungkinan masih akan terjadi hingga panen raya tiba.
Panel harga Badan Pangan Nasional mencatat rata-rata harga eceran beras medium sebesar Rp 11.640 per kg sedangkan HET medium sebesar Rp 9.450 per kg-Rp 10.250 per kg tergantung wilayah.
Oleh karena itu, Ikapi meminta Bulog sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam stabilisasi harga untuk lebih fokus menyelesaikan persoalan beras. "Faktanya, saat ini Bulog tidak bisa menyelesaikan persoalan beras dengan baik. Fokus saja urus beras, tidak usah mengurus yang lain," ujarnya.