Sabtu 04 Feb 2023 18:25 WIB

Olah Pandan, Berdayakan Perempuan Indonesia

BRI memberikan dukungan untuk kelompok perempuan agar berperan jauh dalam masyarakat

Rep: Dwina Agustin/ Red: Gita Amanda
Eva Harlia bersama para perempuan kelompk usaha Menday Gallery and Souvenir yang mengolah daun pandang menjadi beragam souvenir di pesisir Sumatera Utara.
Foto: BRI
Eva Harlia bersama para perempuan kelompk usaha Menday Gallery and Souvenir yang mengolah daun pandang menjadi beragam souvenir di pesisir Sumatera Utara.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pohon pandan selalu terlihat sepanjang mata Eva Harlia memandang. Tanaman tersebut memang tumbuhan endemik di Dusun III Desa Pantai Cermin Kanan Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, tempatnya tinggal yang berada di daerah pesisir.

Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah ini membuat Eva memutuskan mengolah daun pandan pada 2010. Sebelumnya daerah rumahnya hanya dikenal sebagai sentra kerajinan anyaman penghasil lembaran tikar dengan bahan baku pandan. Eva mengubah daun-daun berwarna hijau ini menjadi seni kerajinan anyaman lainnya dan membuka usaha yang diberi nama "Menday Gallery and Souvenir".

Modal awal Eva pengembangan ide usaha hanya sebesar Rp 500 ribu. Uang itu digunakan untuk membeli bahan baku pendukung agar anyaman pandan tersebut bernilai jual tinggi. Dia pun meminta bantuan para perempuan yang berada di sekitar pesisir untuk ikut terlibat mengembangkan usahanya.

Dari bahan mentah daun pandan dan bahan pendukung lainnya, Eva berhasil mengubahnya menjadi berbagai variasi. Diantara produk yang dipasarkan oleh "Menday Gallery and Souvenir", tikar, sandal, tas, souvenir anyaman Pandan, serta boks dari anyaman berbagai bentuk.

Permintaan atas olahan daun pandan meningkat, Eva pun memutuskan untuk mengikuti Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk menambah modal usahanya. Saat itu, dia memberanikan diri mengajukan pinjaman KUR sebesar Rp 25 juta.

"Dari sisi pendanaan, hanya KUR yang cocok untuk kami karena dari segi suku bunganya sangat rendah, dan itu sangat membantu permodalan," ujar Eva.

Dana tambahan ini Eva gunakan untuk membeli peralatan berupa mesin jahit dan lainnya. Dari sini, usahanya berkembang. Berkat keberadaan mesin jahit ini, tempat usaha Eva mampu memproduksi kerajinan anyaman hingga ribuan per bulan. Alat itu sangat mempermudah dan mempercepat produksi daun pandan untuk diolah.

"Kami kan rumah produksi menyatu dengan rumah tinggal, jadi BRI memberikan kami hibah bangunan gallery pemasaran untuk produk anyaman pandan," kata Eva.

BRI juga akhirnya memberikan bantuan berupa bangunan sebagai tempat kerajinan untuk kelompok usaha "Menday Gallery and Souvenir". Bantuan tersebut pun tidak berhenti sampai di sana.

photo
Eva Harlia bersama para perempuan kelompk usaha Menday Gallery and Souvenir yang mengolah daun pandang menjadi beragam souvenir di pesisir Sumatera Utara. - (BRI)

Ketika Eva dan kelompok usahanya ini mengalami kendala dari segi pemasaran karena kurang memahami cara memasarkan produk secara digital, BRI mencoba mencarikan jalan keluar.  BRI aktif mengajak dan mengikutsertakan kelompok usaha dalam beberapa pameran maupun bazar.

Produk kerajinan anyaman pandan milik kelompok usaha Eva ini juga sudah pernah ekspor sandal anyaman ke Singapura selama tiga tahun meski masih dalam skala kecil. Eva pun berencana ingin mengekspor kembali dengan salah satu caranya melalui dukungan BRI terkait informasi pasar ekspor yang cocok untuk produk kerajinan anyamannya.

Dukungan BRI untuk perempuan

Kisah perjuangan Eva dalam mengembangkan usaha kelompok yang melibatkan para perempuan ini sejalan dengan komitmen BRI. "Hal tersebut sesuai komitmen BRI dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-5 yaitu mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan," ujar Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto kepada Republika.

Kelompok Eva dibantu oleh kelompok usaha yang terdiri dari 300 orang perempuan. Mereka terbagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari kalangan ibu rumah tangga tinggal di pesisir pantai.

Para perempuan ini mengolah daun pandan setengah jadi, dalam bentuk daun kering. Kemudian, daun pandan kering masuk kebagian yang bertugas pengerjaan khusus lembaran tikar, selanjutnya diolah menjadi berbagai bentuk yang siap dijual oleh "Menday Gallery and Souvenir".

"Program tersebut merupakan bentuk dukungan BRI kepada kelompok perempuan dalam meningkatkan kapasitas dan kompetensinya sehingga dapat berperan lebih jauh dalam kehidupan bermasyarakat," ujar Aestika.

Kesuksesan Eva mengembangkan usaha dengan menggandeng perempuan lain untuk ikut berdaya membuatnya mendapat hibah dan pinjaman usaha dari BRI. Kelompok usaha ini juga mendapat Juara 3 Program CSR BRI Peduli Pemberdayaan Kelompok Usaha Perempuan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement