EKBIS.CO, CHICAGO -- Harga emas merosot pada akhir perdagangan Jumat (10/2/2023) waktu setempat, mencatat kerugian untuk hari kedua berturut-turut terseret oleh penguatan dolar AS menjelang rilis data inflasi konsumen pekan depan. Investor menimbang sinyal hawkish kebijakan moneter dari Federal Reserve.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, jatuh 4,0 dolar AS atau 0,21 persen menjadi ditutup pada 1.874,50 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan mencapai level tertinggi sesi 1.883,50 dolar AS dan terendah 1.863,50 dolar AS. Emas melemah 0,1 persen untuk minggu ini, mencatat kerugian mingguan kedua berturut-turut karena pasar menilai kembali ekspektasi mereka akan kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve.
Dolar AS menguat pada perdagangan Jumat (10/2/2023) karena pelaku pasar menunggu laporan inflasi utama AS, dengan indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,38 persen menjadi 103,6290, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Serangkaian sinyal hawkish dari pejabat Fed juga membuat logam kuning di bawah tekanan, karena Ketua Fed Jerome Powell dan beberapa pembicara lainnya memperingatkan bahwa suku bunga kemungkinan akan naik lebih lanjut.
Meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS juga mengurangi daya tarik emas. Sementara itu, pembacaan awal indeks sentimen konsumen Universitas Michigan meningkat menjadi 66,4 pada Februari dari 64,9 pada Januari.
Para analis pasar berpendapat bahwa pedagang menghindari pembukaan posisi beli baru menjelang laporan indeks harga konsumen yang akan dirilis pada Selasa (14/2/2023) pekan depan.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 6,8 sen atau 0,31 persen, menjadi menetap pada 22,075 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April berkurang 12,40 dolar AS atau 1,29 persen, menjadi ditutup pada 951,80 dolar AS per ounce.