Selasa 21 Feb 2023 07:25 WIB

Menteri Energi Saudi Tegaskan Keputusan OPEC+ Tidak Dipolitisasi

Keputusan pemangkasan produksi minyak OPEC+ telah sesuai fundamental.

Red: Friska Yolandha
 Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman berbicara selama KTT Pemerintah Dunia di Dubai Expo 2020, di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa, 29 Maret 2022.
Foto: AP/Ebrahim Noroozi
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman berbicara selama KTT Pemerintah Dunia di Dubai Expo 2020, di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa, 29 Maret 2022.

EKBIS.CO,  RIYADH -- Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan keputusan OPEC+ tidak dipolitisasi dan didasarkan pada fundamental. Ia menambahkan bahwa aliansi produsen minyak cukup fleksibel untuk menyesuaikan kebijakan sesuai dengan kebutuhan.

Pangeran Abdulaziz berbicara di sebuah forum media di Ibu Kota Riyadh tentang keputusan Oktober lalu untuk memangkas target produksi grup tersebut sebesar 2 juta barel per hari. Kelompok yang terdiri atas Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, menyetujui pemotongan hingga akhir 2023.

Baca Juga

Pangeran Abdulaziz menegaskan kembali dalam sebuah wawancara dengan Energy Aspects minggu lalu bahwa keputusan itu dikunci (dipertahankan) untuk sisa tahun ini.

Harga minyak naik dalam perdagangan Asia pada Senin (20/2/2023) sore, di tengah optimisme atas pemulihan permintaan China dan kekhawatiran bahwa kurangnya investasi akan mengurangi pasokan minyak di masa depan dan produsen utama mempertahankan batas produksi.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 70 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 83,70 dolar AS per barel pada pukul 07.20 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Maret yang berakhir pada Selasa (21/2/2023) naik 55 sen atau 0,7 persen menjadi diperdagangkan di 76,89 dolar AS per barel. Kontrak April yang lebih aktif naik 0,8 persen menjadi diperdagangkan di 77,14 dolar AS.

sumber : Antara/Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement