EKBIS.CO, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif sepanjang perdagangan Selasa (21/2/2023) ini. Setelah dibuka di zona hijau, IHSG di akhir sesi ditutup melemah sebesar 0,31 persen ke level 6.873,40.
Sektor energi mengalami pelemahan terdalam mencapai 0,87 persen, diikuti keuangan, industri, properti dan real estate, teknologi, infrastruktur, kesehatan dan konsumen primer. Total nilai transaksi yang diperdagangkan sebesar Rp 7,9 triliun.
"Pergerakan IHSG masih cenderung lesu yang dipengaruhi oleh lesunya pergerakan pasar Asia seiring manufaktur Jepang yang melanjutkan penurunan," kata Pilarmas Investindo Sekuritas, Selasa (21/2/2023).
Manufaktur PMI Jepang turun ke level 47,4 di tengah kenaikan indeks PMI jasa yang menjadi 53,6 dari sebelumnya 52,3 poin. Neraca dagang Singapura pada kuartal IV lalu dilaporkan susut meskipun masih mampu mencatatkan surplus secara tahunan.
Sementara, harga komoditas masih melanjutkan tren penurunan seperti minyak mentah, gas bumi, batu bara, emas dan tembaga. Bahkan, IEA dan OPEC meningkatkan proyeksi mereka atas pertumbuhan permintaan minyak yang didorong adanya ekspektasi konsumsi dari China.
Pada saat yang sama, Australia meningkatkan suku bunganya sebesar 25 bps, sesuai dengan perkiraan pasar untuk mengembalikan inflasi ke level 2 persen-3 persen. RBA pun tetap berkomitmen untuk menjaga ekonomi tetap seimbang karena cara untuk mencapai soft landing adalah cara yang sempit.
RBA memperkirakan pertumbuhan PDB Australia rata-rata sekitar satu persen pada tahun 2023 setelah berkembang. RBA juga menaikan suku bunga pada saldo penyelesaian pertukaran sebesar 25 bps menjadi 3,25 persen.
Sepanjang hari ini Indeks LQ45 bergerak melemah. Saham-saham yang mendominasi penguatan diantaranya TLKM, INTP, TPIA, AMRT dan MDKA. Sedangkan saham-saham yang mendominasi penurunan diantaranya BBRI, BBCA, BMRI, ADRO dan BBNI.