Kamis 23 Feb 2023 21:40 WIB

Panen di Sragen, Harga Gabah Langsung Turun Jadi Rp 5.200 per Kilogram

Harga gabah sebelumnya berada di kisaran Rp 6.100 hingga Rp 6.300 per kilogram.

Red: Nora Azizah
Kementerian Pertanian (Kementan) menerjunkan Tim Direktorat Jenderal Tanaman Pangan guna melakukan monitoring di sejumlah daerah sentra padi nasional. Tujuannya tak lain untuk memastikan kelancaran proses panen petani.
Foto: Kementan
Kementerian Pertanian (Kementan) menerjunkan Tim Direktorat Jenderal Tanaman Pangan guna melakukan monitoring di sejumlah daerah sentra padi nasional. Tujuannya tak lain untuk memastikan kelancaran proses panen petani.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menerjunkan Tim Direktorat Jenderal Tanaman Pangan guna melakukan monitoring di sejumlah daerah sentra padi nasional. Tujuannya tak lain untuk memastikan kelancaran proses panen petani. 

Salah satu daerah yang dikunjungi mereka adalah Sragen, tepatnya di Kecamatan Sambirejo. Daerah ini merupakan kawasan sentra padi. 

Baca Juga

Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Ismail Wahab mengungkapkan, dari pentauan langsung di lapangan, terjadi peningkatan hasil penanaman padi musim ini dibandingkan musim penanaman sebelumnya. Produktivitas padi mencapai 9,4 ton per hektar.

"Hasil pemantauan tim di lapangan, satu lokasi penanaman padi bisa mencapai 9,4 ton per hektar, dalam artian real bisa mencapai 7 hingga 8 ton per hektar. Pemantauan ini adalah arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo agar selalu memantau panen untuk terjaminya produksi beras tahun ini melimpah," ujar Ismail Wahab dalam kunjunganya ke lokasi panen padi di Sambirejo, Sragen, Kamis (23/2/2023).

Ismail menjelaskan, untuk harga gabah kering panen (GKP) sudah mengalami penurunan jauh turun dari kemarin pada Januari masih sampai Rp 6.100 sampai Rp6.300 per kilogram (kg). Namun demikian, saat ini menjadi Rp 5.200.

"Sekarang sudah Rp 5.200 turunnya sudah luar biasa. Jadi kita harapkan makin banyak panen, insyaallah bisa lebih stabil," katanya.

Ismail menambahkan, pada musim tanam padi sebelumnya beberapa dampak gangguan gagal panen disebabkan oleh serangan OPT (organisme pengganggu tanaman), padi rebah, serta adanya gangguan tikus. Namun, pada musim ini, diperkirakan terjadi peningkatan produktivitas padi lebih signifikan menjelang masa panen padi di bulan Maret nanti.

"Dan berdasarkan hasil kunjungan sentra padi di Kecamatan Sumberejo, dalam tingkat makro untuk pasokan beras selama bulan Februari dirasakan sudah mulai meningkat jelang masa panen raya pada bulan maret nanti," ungkapnya.

Bersamaan, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimuso mengatakan Kabupaten Sragen merupakan penyangga beras utama nasional yang memiliki potensi produktivitas padi yang baik. Kendati demikian, peningkatan produksi melalui penerapan teknologi baru harus terus dilakukan di Kabupaten Sragen agar ketersediaan beras ke depannya semakin kuat.

"Alhamdulillah kita melihat contoh di sawah kita hari ini sangat baik, meskipun tentunya tadi dalam diskusi adanya saran-saran perubahan- perubahan mengikuti perkembangan zaman. Termasuk bagaimana adopsi varietas- varietas unggul baru, yang memiliki tingkat produktivitas tinggi, memiliki ketahanan terhadap hama penyakit dan lingkungan yang lain," ucapnya.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, mengatakan bahwa berdasarkan data KSA BPS, luas panen padi nasional pada bulan Februari ini mencapai 1,0 juta hektar, menghasilkan setara 3,2 juta ton beras melebihi konsumsi. Selanjutnya pada bulan Maret, luas panen 1,9 juta hektar, setara 5,9 juta ton beras dengan sabaran panen terutama di Jatim, Jateng, Jabar, Sumsel, Lampung, Banten, Sumut, Sulsel dan lainnya.

"Ini berarti Februari memasuki panen raya dan puncaknya ada di Maret-April. Ini tentunya merupakan momentum tepat dan kesempatan bagi Bulog untuk serap gabah atau beras petani minimal 70 persen dari target serap setahunnya," ujar Suwandi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement