EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter saat ini masih menunggu izin untuk mengimpor kereta bekas untuk menambah kapasitas angkut kereta rel listrik (KRL). Saat ini KCI merencanakan pengadaan kereta bekas dengan kebutuhan 10 rangkaian kereta (trainset) pada tahun ini dan 19 trainset pada 2024.
"Saat ini KAI Commuter masih belum mendapat izin untuk Kereta bukan baru tersebut," kata VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba dalam pernyataan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (4/3/2023).
Selama proses perizinan belum diberikan, Anne memastikan KAI Commuter akan melakukan optimalisasi rekayasa pola operasi. Hal tersebut dilakukan agar operasional perjalanan KRL tetap melayani para pengguna di seluruh Lintas Jabodetabek.
Dia menjelaskan, kereta bekas yang sebelumnya sudah dioperasikan KCI tidak serta merta langsung digunakan untuk operasional KRL. Anne memastikan, KAI Commuter melakukan peningkatan pada gerbong-gerbong kereta yang diimpor tersebut.
"Misalnya, mengganti air conditioner (AC) di dalam kereta, bangku-bangku di setiap kereta dengan barang-barang yang memiliki tingkat Tingkat Komponen Dalam (TKDN) yang tinggi," jelas Anne.
Setelah dilakukan pekerjaan di interior dan eksterior kereta tersebut, Anne mengatakan dari hitungan KAI Commuter tingkat TKDN setiap trainset kereta menjadi sekitar 40 persen. Angka itu menurutnya di atas standar yang ada.
"Semua produk yang digunakan merupakan produk dalam negeri," ucap Anne.
KAI Commuter mencatat ini melayani lebih dari 800 ribu pengguna per hari. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Anne menuturkan KRL beroperasi dengan melayani 1,2 juta pengguna per hari.
Selain pengadaan kereta bekas, KCI juga tengah melakukan pengadaan kereta baru produksi lokal melalui PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka untuk menambah armada dan meningkatkan kapasitas angkut. Anne mengatakan, hal tersebut sesuai dengan program jangka panjang perusahaan karena diprediksi volume pengguna yang semakin meningkat setiap tahunnya.
"16 trainset sudah dipesan (dari Inka) dengan nilai kurang lebih Rp 4 Triliun saat kesepakatan awal MoU sejak 2022 sudah ditandatangani. Kereta ini akan dapat dioperasikan pada tahun 2025 hingga 2026," jelas Anne.