EKBIS.CO, JAKARTA -- Masyarakat perlu berhati-hati penipuan dengan teknik social engineering melalui berbagai modus, khususnya saat menjelang Lebaran. Social engineering merupakan teknik manipulasi psikologis yang digunakan untuk memanipulasi orang dengan cara tertentu untuk mengungkapkan informasi rahasia atau memberikan akses ke jaringan yang dilindungi.
“Kalau menjelang Lebaran, itu memang tingkat kejahatannya untuk social engineering meningkat,” kata Wani dalam diskusi Prima Talk yang berkolaborasi dengan BCA di Senaya City Mall, Rabu (8/3/2023).
Wani menjelaskan, penipu akan memanfaatkan kondisi yang kerap tengah dibutuhkan masyarakat menjelang Lebaran. Dia menuturkan, biasanya masyarakat membutuhkan pakaian, handphone, hingga mobil untuk mudik dan itu menjadi peluang bagi para penipu.
“Itu lah yang akan dimanfaatkan oleh para pelaku-pelaku social engineering untuk memikat karena kita butuh sesuatu yang baru, perabotan, kue, baju. Itu semuanya jadi hati-hati pada saat belanja online, belanja lewat sosial media itu harus hati-hati sekali,” jelas Wani.
Wani mengungkapkan untuk penipuan dengan teknik social engineering, BCA menerima pelaporan dalam satu bulan mencapai 1.500 nasabah. Dia menjelaskan, pelaporan tersebut bukan dikarenakan masalah rekening yang dipakai atau dibobol penipu namun berkaitan dengan transaksi penipuan.
“Dia (nasabah BCA yang melapor) tertipu entah transfer ke bank lain, entah transfer ke e-commerce,” ucap Wani.
Untuk mencegah penipuan social engineering, Wani menegaskan BCA terus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk berhati-hati. Khususnya dalam bertransaksi dan melindungi data pribadi yang berkaitan dengan rekening.
Wani memastikan BCA juga berkolaborasi dengan regulator. “Kami juga menjaga proteksi transaksi-transaksi yang mencurigakan yang masuk ke bank,” ucap Wani.
Dia memastikan, BCA juga memiliki tim IT security. Dengan adanya proteksi tersebut, Wani memastikan sistem BCA dapat mengetahui adanya transaksi yang tidak wajar dan akan langsung melakukan pencegahan.