EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berencana melakukan pembelian kembali saham atau buyback. Biaya pembelian kembali saham direncanakan sebanyak-banyaknya sebesar Rp 950 miliar.
Jumlah saham yang akan dibeli kembali oleh BBNI tersebut tidak akan melebihi 10 persen dari modal disetor. Buyback dilakukan seiring dengan tekanan jual yang kembali terjadi sejak awal 2023.
"Rencana buyback disiapkan perseroan dengan tujuan untuk mengimbangi tekanan jual di pasar saat IHSG sedang berfluktuasi," terang manajemen BBNI melalui keterbukaan informasi Bursa, Jumat (10/3/2023).
Sebagai informasi, valuasi saham perseroan atau price to book value per 8 Maret 2023 sebesar 1,22 kali, berada di bawah rata-rata 10 tahun yang sebesar 1,40 kali. Kondisi ini mengindikasikan saham Perseroan saat ini masih dihargai murah atau undervalued.
Perseroan memandang harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental perseroan yang terus membaik. Secara year to date, harga saham BBNI mengalami koreksi nyaris sebesar dua persen.
Sejak awal tahun hingga saat ini, harga saham BBNI bergerak direntang 8.425-9.600. Padahal sebelumnya, saham BBNI pernah bertengger di level 10.250.
Dari sisi kinerja, BBNI membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 18,31 triliun sepanjang 2022. Angka itu tumbuh 68 persen year on year (yoy). Perolehan laba tersebut tertinggi sepanjang sejarah BNI.
Total kredit yang disalurkan pada tahun lalu pun di atas ekspektasi, mencapai Rp 646,19 triliun atau tumbuh 10,9 persen. Angka itu di atas target awal perusahaan yang sebesar 7-10 persen. Pertumbuhan kredit tersebut dibarengi dengan Net Interest Margin (NIM) yang terjaga di posisi 4,8 persen.
"Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur," jelas Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar.