EKBIS.CO, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan kenaikannya pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (24/3/2023). IHSG menguat signifikan sebesar 1,06 persen ke level 6.762,25 setelah melonjak 1,20 persen pada Selasa lalu.
IHSG sepanjang hari ini konsisten bergerak di zona hijau. Sektor teknologi memimpin kenaikan sebesar 2,42 persen dengan GOTO kembali melompat hingga 4,55 persen. Saham teknologi menguat setelah Bank Sentral AS menaikkan suku bunga tidak terlalu agresif.
Kenaikan suku bunga yang melandai turut membawa saham sektor properti beterbangan. Salah satunya saham milik konglomerat Mochtar Riady, LPKR, menguat sebesar 18,99 persen. Kemudian saham sektor konsumen primer menyusul dengan kenaikan 1,54 persen.
Selain itu, penguatan saham sektor keuangan terutama dari industri perbankan juga berperan mengangkat IHSG ke zona hijau. Saham bank jumbo mengalami akumulasi beli ditopang sentimen positif pembagian dividen dalam waktu dekat.
Di akhir sesi kedua hari ini, saham BMRI dan BBCA kompak menguat lebih dari tiga persen. Sementara saham BBNI mengalami kenaikan lebih tinggi sebesar 4,34 persen dan saham BBTN melonjak hingga di atas lima persen. Satu-satunya saham bank yang melemah yaitu BBRI sebesar 2,65 persen.
Di sisi lain, penguatan IHSG terjadi di tengah mayoritas bursa Asia yang ditutup melemah. Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan indeks saham di Asia ditutup turun di tengah semakin besarnya kekhawatiran mengenai guncangan di sektor perbankan dan risiko resesi.
"Yang ditakutkan investor adalah setiap guncangan di industri perbankan dapat menyebabkan penurunan tajam pada pinjaman kepada UMKM di AS. Jika ini terjadi, maka ekonomi AS akan mendapat tekanan dan memperbesar risiko resesi," kata Phillip Sekuritas dalam risetnya, Jumat (24/3/2023).
Dari sisi geopolitik, investor memantau meningkatnya ketegangan antara AS dan China. Pemerintah AS pada Kamis lalu menambahkan 14 perusahaan China ke dalam daftar hitam ekspor. Sementara, legislator AS menyerang TikTok karena mempunyai hubungan dengan China sehingga mendesak agar pengunaan aplikasi TikTok dilarang di seluruh wilayah AS.
Dari sisi makroekonomi, data memperlihatkan inflasi inti Jepang naik 3,1 persen yoy di bulan Februari, melambat dari kenaikan 4,2 persen yoy di bulan Januari yang juga merupakan level tertinggi dalam lebih dari empat dekade.
Angka inflasi inti bulan Februari ini sejalan dengan ekspektasi pasar dan merefleksikan redanya tekanan inflasi di sejumlah ekonomi besar lainnya di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Dengan demikian, inflasi inti sudah bertahan di atas target inflasi dua persen bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) selama 11 bulan beruntun.