Senin 27 Mar 2023 09:18 WIB

Ini Ide Perdagangan Saham untuk Awal Pekan

ANTM, SMRA, dan INDF jadi rekomendasi saham untuk transaksi awal pekan ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat pekan lalu (24/03/2023) ditutup menguat sebesar 1,06 persen atau meningkat 70,64 poin di level 6.762,61. IHSG hari ini diprediksi bergerak variatif dalam range 6.660–6.800.
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat pekan lalu (24/03/2023) ditutup menguat sebesar 1,06 persen atau meningkat 70,64 poin di level 6.762,61. IHSG hari ini diprediksi bergerak variatif dalam range 6.660–6.800.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat pekan lalu (24/03/2023) ditutup menguat sebesar 1,06 persen atau meningkat 70,64 poin di level 6.762,61. IHSG hari ini diprediksi bergerak variatif dalam range 6.660–6.800. 

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani mengatakan IHSG hari ini akan dipengaruhi sentimen domestik dan eksternal. Dari dalam negeri, pertumbuhan penerimaan pajak akan menjadi faktor yang menggerakkan pasar. 

Baca Juga

Kementerian Keuangan melaporkan realisasi penerimaan pajak pada Februari 2023 tumbuh 40,35 persen yoy mencapai sebesar Rp 279,98 triliun. Besarnya capaian tersebut setara dengan 16,30 persen dari target penerimaan pajak yang ditetapkan APBN 2023. 

"Penerimaan pajak tersebut dipicu oleh harga komoditas yang tinggi, pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang impresif serta dampak dari implementasi UU harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP)," kata Chisty, Senin (27/3/2023).

Dari mancanegara, S&P Global Composite PMI Flash Amerika Serikat pada Maret 2023 tercatat ekspansif di level 53,3, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang tercatat 50,1. Untuk S&P Global Manufacturing Amerika Serikat pada Maret 2023 tercatat di level 49,3, dan S&P Global Services PMI Flash tercatat di level 53,8. 

Sementara itu, Singapura melaporkan tingkat inflasi pada Februari 2023 di level 6,3 persen yoy dengan inflasi inti di level 5,5 persen yoy. Adapun inflasi tersebut masih terbilang tinggi dan jauh di atas rata-rata historis inflasi Singapura.

Dengan berbagai sentimen tersebut, Ajaib Sekuritas merekomendasikan sejumlah saham yang bisa ditranskasikan hari ini:

ANTM

Buy : 1.895

TP : 1.955

Stop loss : 1.865

Doji candle dengan volume up signifikan indikasi akumulasi, stochastic di area netral dan MACD bar histogram dalam momentum positif.

Kinerja ANTM di 2022 mencatat laba bersih yang tumbuh 105 persen yoy mencapai sebesar Rp 3,82 triliun. Hal tersebut didorong dari penjualan yang tumbuh 19 persen yoy mencapai sebesar Rp 45,93 triliun. Emas menjadi kontributor utama kenaikan penjualannya yakni sebesar 69 persen terhadap total penjualan ANTM.

Prospek ANTM ke depan masih akan positif sering permintaan emas global yang tinggi serta penyelesaian pembangunan pabrik feronikel 13.500 TNi di Halmahera Timur yang mendukung ekosistem baterai listrik.

 

SMRA

Buy :525

TP  : 545

Stop loss: <500

Doji candle dengan volume up signifikan indikasi akumulasi berpotensi rebound. Stochastic di area netral dan MACD bar histogram bearish terbatas.

Net profit SMRA sepanjang 2022 tercatat tumbuh 93 persen yoy mencapai sebesar Rp 625 miliar. Pendapatan tumbuh 2,7 persen yoy mencapai Rp 5,7 triliun. Prospek SMRA ke depan positif dengan adanya potensi dari kenaikan laba bersih dipicu kenaikan pendapatan. 

 

INDF

Buy : 6.325

TP : 6.525

Stop loss : 6.125

Mulai rebound setelah breakout rounding bottom pattern disertai volume up signifikan. Stochastic goldencross di area netral dan MACD bar histogram dalam momentum positif.

Kinerja INDF berpotensi positif sepanjang 2022 diantaranya karena INDF yang telah berhasil meningkatkan Average Selling Price produknya sejak akhir tahun lalu dan harga komoditas bahan baku yang mulai melandai seperti harga CPO yang menurun. Secara valuasi INDF memiliki PBV 0,61x dibawah PBV rata-rata historikal lima tahun sebesar 0,8x (undervalue).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement