Selasa 04 Apr 2023 08:20 WIB

Emas Menguat karena Greenback Jatuh Setelah Data Ekonomi AS Melemah

Emas berjangka tergelincir 11,50 dolar AS atau 0,58 persen sejak Jumat pekan lalu

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Antam, Kebon Sirih, Jakarta.  Harga emas menguat menembus level psikologis 2.000 dolar AS pada akhir perdagangan, Senin (Selasa pagi WIB), bangkit dari penurunan akhir pekan lalu, karena dolar AS tergelincir setelah data manufaktur AS lebih lemah dari yang diperkirakan, membuat logam kuning dalam denominasi greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Foto: GALIH PRADIPTA/ANTARA
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Antam, Kebon Sirih, Jakarta. Harga emas menguat menembus level psikologis 2.000 dolar AS pada akhir perdagangan, Senin (Selasa pagi WIB), bangkit dari penurunan akhir pekan lalu, karena dolar AS tergelincir setelah data manufaktur AS lebih lemah dari yang diperkirakan, membuat logam kuning dalam denominasi greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

EKBIS.CO,  CHICAGO -- Harga emas menguat menembus level psikologis 2.000 dolar AS pada akhir perdagangan, Senin (Selasa pagi WIB), bangkit dari penurunan akhir pekan lalu, karena dolar AS tergelincir setelah data manufaktur AS lebih lemah dari yang diperkirakan, membuat logam kuning dalam denominasi greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, terangkat 14,20 dolar AS atau 0,71 persen menjadi ditutup pada 2.000,40 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di 2.008,00 dolar AS dan terendah di 1.965,90 dolar AS.

Emas berjangka tergelincir 11,50 dolar AS atau 0,58 persen menjadi 1.986,20 dolar AS pada Jumat (31/3/2023), setelah terangkat 13,20 dolar AS atau 0,67 persen menjadi 1.997,70 dolar AS pada Kamis (30/3/2023), dan merosot 5,90 dolar AS atau 0,30 persen menjadi 1.984,50 dolar AS pada Rabu (29/3/2023).

Dolar AS jatuh pada perdagangan Senin (3/4/2023), dengan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,41 persen menjadi 102,0933 pada pukul 15.00 waktu setempat (19.00 GMT).

Data ekonomi yang dirilis pada Senin (3/4/2023) semakin mendukung emas. Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Global AS yang disesuaikan secara musiman membukukan 49,2 pada Maret, naik dari 47,3 pada Februari dan secara umum sejalan dengan perkiraan "flash" yang dirilis sebelumnya sebesar 49,3.

Indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) untuk Maret berada di 46,3, turun dari angka 47,7 pada Februari dan lebih rendah dari 47,5 yang diproyeksikan oleh para ekonom.

Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pengeluaran konstruksi AS pada Februari 2023 diperkirakan pada tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 1.844,1 miliar dolar AS, 0,1 persen di bawah perkiraan Januari yang direvisi sebesar 1.845,4 miliar dolar AS.

Ini adalah momen yang menggembirakan bagi emas setelah dua kuartal berturut-turut naik 9,0 persen karena krisis perbankan AS pada Maret mendorong lebih banyak investor menuju safe haven.

Sementara banyak yang bertaruh bahwa emas akan melonjak di atas 2.100 dolar AS di beberapa titik dalam waktu dekat untuk menetapkan tertinggi sepanjang masa, setelah hari ini kembali ke level 2.000 dolar AS lebih cepat dari yang diperkirakan.

"Emas naik setelah OPEC+ memberikan kejutan lain pada prospek keuangan global," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 13,50 sen atau 0,56 persen, menjadi ditutup pada 24,021 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli merosot 6,70 dolar AS atau 0,67 persen, menjadi menetap pada 996,40 dolar AS per ounce.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement