Rabu 05 Apr 2023 23:35 WIB

Laba Emiten Nikel Ini Melonjak 230 Persen Ditopang Kenaikan Harga 

NICL berhasil meraup penjualan sebesar Rp 1,13 triliun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ilustrasi tambang nikel di Sulawesi. Produsen nikel PT PAM Mineral Tbk (NICL), berhasil meraup penjualan pada akhir 2022 sebesar Rp 1,13 triliun.
Foto: Republika.co.id
Ilustrasi tambang nikel di Sulawesi. Produsen nikel PT PAM Mineral Tbk (NICL), berhasil meraup penjualan pada akhir 2022 sebesar Rp 1,13 triliun.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Produsen nikel PT PAM Mineral Tbk (NICL), berhasil meraup penjualan pada akhir 2022 sebesar Rp 1,13 triliun. Angka tersebut meningkat tajam sebesar 170 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 419 miliar.

Sementara dari sisi laba usaha, NICL mencatatkan peningkatan yang signifikan yakni 208 persen dari Rp 59,4 miliar menjadi Rp 183 miliar. Laba bersih perseroan mengalami peningkatan yang lebih tinggi lagi yakni 230 persen dari Rp 45,5 miliar menjadi Rp 150 miliar pada 2022.

Baca Juga

Dari sisi neraca, total aset NICL mencatatkan pertumbuhan sebesar 44 persen dari Rp 417 miliar menjadi sebesar Rp 600 miliar pada tahun 2022. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh peningkatan ekuitas sebesar 43 persen dari sebesar Rp 347 miliar menjadi sebesar Rp 497 miliar. 

Perseroan juga tidak membukukan peningkatan utang kepada pihak ketiga yang signifikan. Perseroan pun tidak memiliki utang bank.

Direktur Utama NICL Ruddy Tjanaka mengatakan peningkatan kinerja tersebut ditopang terutama oleh kenaikan volume penjualan dan harga nikel dunia.  Walaupun kondisi ekonomi masih penuh tantangan, perseroan tetap menjalankan kegiatan operasinya dengan cukup baik. 

"Peningkatan kinerja operasional dan keuangan Perseroan ini akan menambah nilai bagi pemegang saham Perseroan," kata Ruddy melalui siaran pers, Selasa (4/4/2023).

Perseroan berkomitmen untuk terus melakukan ekplorasi berkelanjutan serta menjaga prinsip konservasi mineral melalui optimasi pemanfaatan bijih nikel yaitu memanfaatkan sumber daya mineral dan melakukan diversifikasi produk. Diversifikasi produk dilakukan dengan pembagian berdasarkan persentasi kadar nikel yang terkandung dalam bijih menjadi bijih kadar rendah, bijih kadar menengah dan bijih kadar tinggi.

Perseroan melakukan pemanfaatan bijih kadar rendah (low grade) dengan melakukan optimalisasi cut off grade sehingga bijih kadar rendah yang sebelumnya dianggap waste dapat diolah dan dipasarkan.

Ruddy menambahkan, pada 2023, perseroan akan fokus  untuk meningkatkan produksi nikel dari sebelumnya 2,1 juta ton menjadi 2,6 juta ton. Perseroan sudah memperoleh persetujuan RKAB dari Kementerian ESDM untuk rencana peningkatan produksi. 

Fokus perseroan ke depannya akan menambah cadangan nikel baik melalui optimalisasi wilayah IUP Perseroan di Morowali maupun wilayah IUP anak perusahaan di Konawe. "Selain itu, kami juga akan mencari peluang IUP baru baik secara organik maupun anorganik untuk mendukung rencana perseroan diatas," terang Ruddy.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement