Jumat 14 Apr 2023 14:56 WIB

Van Listrik Komersial China Rebut Pasar Mobil  Komersial Listrik Eropa

Produsen otomotif Eropa terlambat mengembangkan van listrik.

Red: Firkah fansuri
Tristan Thomas, CEO Packfleet, mendemonstrasikan pengisian daya van listrik buatan merek China Maxus di kantor pusat perusahaan pengiriman paket listrik di London, Inggris, 27 Oktober 2022.
Foto: REUTERS
Tristan Thomas, CEO Packfleet, mendemonstrasikan pengisian daya van listrik buatan merek China Maxus di kantor pusat perusahaan pengiriman paket listrik di London, Inggris, 27 Oktober 2022.

EKBIS.CO, LONDON - Pembuat mobil  legendaris  memulai dengan terlambat dalam mengembangkan van listrik komersial mereka. Kondisi itu membuka pintu bagi pembuat kendaraan komersial listrik (ECV) lainnya untuk mendapatkan pijakan mengisi pasar Eropa,  seperti merek Maxus dari China's SAIC Motor Corp.

Pelanggan armada mengeluh bahwa mereka tidak bisa mendapatkan van listrik yang cukup dari merek seperti Ford Motor Co, Stellantis NV, Peugeot, Renault atau Mercedes. Karena itu mereka mencari alternatif merek lain untuk memenuhi kebutuhan van listrik komersial.

Baca Juga

Pembuat mobil yang mapan lambat untuk mengembangkan kendaraan listrik, memungkinkan Tesla Inc untuk berlomba dalam mengembangkan mobil penumpang lainnya. Namun, dengan van komersial, mereka juga menghadapi tantangan rantai pasokan.

Startup pengiriman jarak jauh Inggris Packfleet hanya menggunakan ECV untuk mengirimkan paket di London untuk pelanggan korporat besar dan kecil,  demi mencari pengalaman tanpa emisi bagi konsumen.

Packfleet tumbuh sepuluh kali lipat pada tahun 2022 dan CEO Tristan Thomas mengatakan sebagian besar armada 53 kendaraan perusahaan adalah van Maxus. Perusahaan menargetkan menggandakan armadanya tahun ini.

Ketika perusahaan mencari ECV pertamanya pada akhir 2021, “Pada dasarnya kami ditertawakan oleh sebagian besar dealer, dengan sebagian besar van merek lama dengan pesanan mundur 12 bulan,” kata Thomas sebagaimana dilaporkan Reuters, Jumat (14/4/2023).

Baru-baru ini Packfleet dapat memperoleh lebih banyak Peugeot, Ford, dan Citroen ECV, tetapi harus bergerak cepat untuk mendapatkannya. "Begitu van tiba, dealer menghubungi kami dan kami harus bergerak cepat," kata Thomas. "Jika tidak, ECV tersebut akan pergi dalam beberapa hari dibeli pelanggan lan," ujar Thomas.

Saat armada beralih ke kendaraan tanpa emisi, merek baru memiliki peluang untuk meraih pangsa pasar. Maxus memiliki keunggulan ketika pembuat mobil lama berjuang untuk mengembangkan mobil listrik di seluruh jajaran model.

SAIC mengatakan telah menjual 18.000 kendaraan merek Maxus kebanyakan listrik di Eropa Barat dan Skandinavia tahun lalu, termasuk bus dan truk pikap. "Kami berencana memperluas lebih jauh ke wilayah Eropa Tengah," tambahnya.

Data pasar van listrik langka, tetapi menurut statistik yang diberikan kepada Reuters oleh International Council on Clean Transportation, pada tahun 2022 Maxus memiliki sekitar 6 persen pasar ECV baru Eropa, termasuk Inggris, menjual hampir 5.000 ECV. Jumlah itu lebih dari Ford, Nissan  atau Fiat, dan naik 28 persen dibandingkan 2021.

Perusahaan China lain yang ingin mendapatkan bagian termasuk merek van Geely, Farizon, akan mulai mengirimkan van ke Eropa pada tahun 2024.

B-ON, yang membeli merek StreetScooter ECV dari Deutsche Post unit DHL, meningkatkan produksi di Jerman dan Amerika Serikat, sementara produsen mobil AS General Motors Co merek BrightDrop van melakukan hal yang sama di pabriknya di Ontario, Kanada.

"Tidak ada tongkat ajaib untuk memperbaikinya, kami hanya perlu mempercepat pabrikan," kata Tim Albertsen, CEO ALD, salah satu perusahaan penyewaan kendaraan terbesar di Eropa. "Untuk beberapa tahun ke depan, pasokan ECV tidak akan cukup."

 

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement