EKBIS.CO, JAKARTA -- Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai aktivitas tahunan warga Indonesia setiap Idul Fitri, yaitu mudik dapat menjadi momen untuk mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Peneliti CIPS, Hasran mengatakan, aktivitas mudik akan menggerakkan ekonomi lewat beberapa sektor strategis. Hal ini mengingat jumlah masyarakat yang melakukan mudik diprediksi 132,8 juta.
“Hal-hal yang dikhawatirkan dapat mengganggu kelancaran perlu diantisipasi, misalnya saja rekayasa lalu lintas diperlukan untuk memastikan kelancaran arus mudik di kota-kota yang dilewati sebagian besar pemudik,” ujarnya kepada Republika, Selasa (18/4/2023).
Menurutnya, rekayasa lalu lintas juga dibutuhkan untuk menjamin kelancaran arus barang dan ketersediaan pangan di pusat-pusat perbelanjaan. Hasran menyebut ada beberapa sektor yang diperkirakan akan menangguk manfaat dari mudik, yaitu sektor makanan minuman, pariwisata, tekstil, transportasi, dan pertanian.
“Sektor transportasi merupakan penerima manfaat utama selama momentum mudik dan arus balik. Budaya pulang kampung menjelang Idul Fitri akan membuat permintaan terhadap sektor transportasi seperti kereta api, pelabuhan, jalan tol, maupun bandara menjadi tinggi,” ucapnya.
Selain sektor transportasi, menurut Hasan, permintaan terhadap barang-barang konsumsi juga akan menggeliat baik produk hasil pertanian seperti sembako maupun hasil olahan industri makanan dan minuman.
“Budaya yang umum ditemui pada Idul Fitri adalah kebiasaan masyarakat berbelanja pakaian baru. Kehadiran para pemudik yang membawa kekayaan mereka ke daerah akan meningkatkan pendapatan industri tekstil di daerah,” ucapnya.
Pasca Idul Fitri, Hasan menyebut, masyarakat akan memanfaatkan sisa waktu cuti berwisata bersama keluarga sehingga akan turut meningkatkan pemasukan sektor pariwisata.
“Tempat-tempat destinasi wisata akan ramai oleh pengunjung sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu memastikan kelancaran lalu lintas, baik di jalan tol maupun jalan raya,” ucapnya.
Selain sektor transportasi, menurutnya, para pemain sektor makanan dan minuman, tekstil, pertanian dan pariwisata yakni pelaku UMKM. Arus mudik akan menjadi momentum bagi mereka dalam meningkatkan potensi bisnis masing-masing.
Hanya saja, peningkatan konsumsi pada sektor-sektor tersebut selama arus mudik dan Idul Fitri akan berdampak pada kenaikan inflasi. Hal ini merupakan fenomena tahunan, sehingga inflasi akan turun kembali pada bulan berikutnya.
Walaupun demikian, pemerintah tetap perlu melakukan langkah-langkah strategis agar konsumsi masyarakat tetap terjaga dan inflasi dapat dikontrol, salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh pemerintah pusat maupun daerah adalah dengan memastikan kelancaran lalu-lintas agar mobilitas pemudik maupun barang tidak terhambat.
“Lancarnya mobilitas pemudik akan mengalirkan kekayaan dari pusat ke daerah untuk mendorong tumbuhnya perekonomian daerah,” ucapnya.
Saat bersamaan lancarnya arus barang dapat menjamin ketersediaan barang-barang konsumsi seperti pakaian, makanan minuman olahan, maupun sembako di pusat-pusat perbelanjaan. Hasran mengingatkan pentingnya penerapan protokol kesehatan dalam mudik.
“Walaupun Indonesia sudah relatif bebas dengan dicabutnya kewajiban menggunakan masker dan menjaga jarak, mengingat adanya kenaikan kasus positif Covid-19 yang disebabkan oleh varian baru,” ucapnya.