EKBIS.CO, NEW YORK -- Harga minyak sedikit menguat pada akhir perdagangan Selasa (18/4/2023), karena data ekonomi yang positif di konsumen minyak nomor dua China mengimbangi kekhawatiran kemungkinan kenaikan suku bunga AS, yang dapat mengurangi pertumbuhan di negara konsumen utama.
Sementara pertumbuhan ekonomi lebih kuat dari perkiraan di China memperkuat sentimen pasar, penurunan berkelanjutan dari indikator sentimen ekonomi utama di Jerman membebani harga minyak.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik tiga sen atau 0,04 persen, menjadi menetap di 80,86 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni naik satu sen atau 0,01 persen, menjadi ditutup di 84,77 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Indikator sentimen ekonomi untuk Jerman pada April tercatat 4,1 poin, turun dari 13 poin pada Maret dan jauh lebih rendah dari konsensus perkiraan pasar sebesar 15,1 poin, menurut survei bulanan yang diterbitkan oleh Leibniz Center for European Economic Research (ZEW) pada Selasa.
Survei sentimen investor utama Jerman membebani minyak mentah, karena optimisme untuk ekonomi terbesar zona euro tetap suram di kuartal mendatang, menurut Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan multiaset secara daring.
Pada sisi lain, prospek kenaikan suku bunga AS tetap menjadi hambatan sentimen. Pedagang memperkirakan Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Mei.
Bank Sentral AS kemungkinan besar memiliki satu lagi kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi, kata Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic.
Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh 4,5 persen secara tahun ke tahun pada kuartal pertama 2023, data dari Biro Statistik Nasional (NBS) menunjukkan Selasa.
"Sampai pagi ini, pasar minyak mendapatkan kembali kekuatannya, karena para pedagang menyambut rilis data PDB China yang mengalahkan perkiraan," kata catatan penelitian oleh PVM Oil Associates pada Selasa.
Dolar AS yang melemah pada Selasa, setelah data China yang positif juga mendukung minyak. Dolar AS yang lebih rendah membuat harga-harga komoditas dalam mata uang AS lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.