EKBIS.CO, DUBAI -- Kepala Ekonom Bank Dunia untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) Roberta Gatti baru-baru ini menyatakan bahwa hampir satu dari lima orang yang tinggal di negara berkembang di MENA kemungkinan akan rawan pangan pada 2023.
"Hampir delapan juta anak di bawah usia lima tahun termasuk di antara mereka yang akan kelaparan. Inflasi harga pangan, meskipun bersifat sementara, dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan seringkali tidak dapat diperbaiki," kata Gatti dikutip dari Zawya, Senin (24/4/2023).
Sementara itu Patel dari GlobalData mencatat bahwa meskipun menerapkan kebijakan moneter yang lebih ketat, tingkat inflasi di kawasan Timur Tengah dan Afrika (MEA) akan tetap tinggi, dengan hanya proyeksi penurunan marjinal. Pasalnya, tingkat inflasi di kawasan tersebut diperkirakan mencapai 18,7 persen pada tahun 2023.
"Diperkirakan dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi diantisipasi di Mesir (23,3 persen), Iran (40,7 persen), Turki (43,7 persen), dan Nigeria (19,3 persen)," rincinya.
Analis dari GlobalData menyimpulkan, risiko keseluruhan untuk negara-negara di kawasan ini masih meningkat. Sebabnya adalah pelambatan lebih lanjut dalam ekonomi global, meningkatnya kondisi moneter yang lebih ketat, ketegangan geopolitik secara keseluruhan, dan peningkatan kemiskinan dan kerawanan pangan terus membebani perekonomian secara negatif ekonomi MEA.
Akan tetapi, sebuah laporan baru-baru ini oleh Mubasher Capital mengungkapkan bahwa ekonomi negara-negara anggota GCC (Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk) akan tumbuh sebesar 3,9 persen sepanjang 2023, yang menandai dua kali laju pertumbuhan dunia yang diperkirakan sebesar 1,7 persen.