Kamis 27 Apr 2023 09:28 WIB

IHSG Dibuka Turun Mengekor Bursa Asia

Investor fokus pada pertemuan kebijakan pertama bank sentral Jepang.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona negatif pada awal perdagangan Kamis (27/4/2023). IHSG melemah hingga 6.890,96 setelah sempat menguat signifikan sebesar 1,29 persen kemarin.
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona negatif pada awal perdagangan Kamis (27/4/2023). IHSG melemah hingga 6.890,96 setelah sempat menguat signifikan sebesar 1,29 persen kemarin.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona negatif pada awal perdagangan Kamis (27/4/2023). IHSG melemah hingga 6.890,96 setelah sempat menguat signifikan sebesar 1,29 persen kemarin. 

Indeks saham di Asia pagi ini dibuka melemah. "Investor fokus pada pertemuan kebijakan pertama bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) di bawah pimpinan gubernur baru Kazuo Ueda," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya. 

Baca Juga

Sementara itu, indeks saham utama dil Wall Street semalam ditutup beragam (mixed). NASDAQ mencatatkan kenaikan 0,47 persen setelah laporan keuangan kuartal pertama 2023 dari Microsoft dan Alphabet keluar lebih baik dari estimasi pasar. Kenaikan indeks saham utama di Wall Street diadang oleh kekhawatiran baru mengenai kesehatan bank-bank daerah atau bank regional dan perdebatan di Washington DC mengenai batas atas utang (debt ceiling) Pemerintah AS.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasuries) merangkak naik. Yield US Treasury Note bertenor 10 tahun naik sekitar 4 bps menjadi 3,44 persen dan yield US Treasury Note bertenor dua tahun  naik tipis menjadi 3,93 persen.

Investor mengantisipasi rilis data ekonomi AS, khususnya estimasi kedua PDB kuartal pertama 2023 pada hari ini dan Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index. Ini indikator Federal Reserve untuk mengukur inflasi, yang dijadwalkan dirilis pada Jumat. Investor juga akan menimbang dampak dari rilis data-data tersebut terhadap kebijakan suku bunga acuan oleh Federal Reserve. Federal Reserve diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan kebijakan 3 Mei nanti.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah terpangkas sekitar empat persen meskipun data dari Energy Information Administration (EIA) memperlihatkan persediaan minyak mentah AS mencatatkan penurunan yang lebih besar dari ekspektasi seiring dengan semakin besarnya ketakutan akan terjadi resesi.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement