EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pemeringkat Efek Indonesia membukukan penerbitan surat utang nasional sebesar Rp 18,64 triliun per kuartal I 2023. Adapun realisasi ini lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 31,82 triliun.
Kepala Divisi Pemeringkatan Non Jasa Keuangan I, Niken Indriarsih, mengatakan rendahnya penerbitan surat utang nasional disebabkan sudah memasuki tahun pemilu.
“Jadi kalau kita lihat memang dari sisi penerbitan surat utang nasional turun dari Rp 40,35 triliun menjadi Rp 28,12 triliun per kuartal I 2023, yang peringkat Pefindo juga sama per kuartal I 2022 sebesar Rp 31,82 triliun, sementara per kuartal I 2023 ini yang kami peringkat sebesar Rp 18,64 triliun,” ujarnya saat konferensi pers, Kamis (27/4/2023).
Niken merinci penerbitan surat utang melalui rating Pefindo 2022 sebesar Rp 132,6 triliun atau sekitar 81 persen dari total penerbitan surat utang, dengan emiten non BUMN mendominasi sebesar Rp 77,28 triliun. Sementara BUMN sebesar Rp 55,4 triliun.
“Dari sisi jenis surat utang juga masih sama, dari sisi obligasi mendominasi, dari sisi jenis surat utang 2022 lalu, Pefindo telah melakukan pemeringkatan obligasi sebesar Rp 67,02 triliun khusus emiten non BUMN dan kemudian juga sebesar Rp 43,47 triliun khusus emiten BUMN dan anak perusahaan,” ucapnya.
Dari sisi sukuk emiten non BUMN sebesar Rp 9,75 triliun dan emiten BUMN sebesar Rp 8,11 triliun. Lalu, MTN BUMN sebesar Rp 3,12 triliun dan MTN non BUMN sebesar Rp 500 miliar.
Adapun sektor yang paling mendominasi dalam penerbitan surat utang oleh Pefindo pada sektor pulp & paper sebesar Rp 26,25 triliun, diikuti oleh sektor multifinance sebesar Rp 16,14 triliun, dan mining sebesar Rp 16,12 triliun.