EKBIS.CO, JAKARTA -- Menghadapi kekeringan yang diprediksi terjadi mulai Juli 2023, Kementerian Pertanian (Kementan) mengimbau Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memanfaatkan sumber air yang ada. Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau diperkirakan pada bulan Juli, Agustus, dan September.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, sumber air di lahan pertanian sudah dibangun pemerintah, seperti embung, dam parit dan irigasi perpipaan atau perpompaan. “Sumber air ini dibangun memang untuk mengantisipasi kekeringan,” kata Mentan SYL, Kamis (4/5/2023).
Mentan SYL menilai, strategi pompanisasi dan pipanisasi yang diterapkan Ditjen PSP sebagai langkah mitigasi kekeringan sudah efektif. Dengan begitu, petani tetap bisa bercocok tanam meskipun terancam kekeringan.
“Pompanisasi dan pipanisasi menurut saya adalah program yang sangat efektif karena bisa menanam dengan hasil tiga kali lipat. Sistem ini juga sangat efisien menghemat anggaran negara,” katanya
Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil menjelaskan, Kementan telah melaksanakan banyak program pengembangan bangunan konservasi air, seperti embung, irigasi perpompaan dan perpipaan. Dia menyebutkan, untuk irigasi perpompaan, Ditjen PSP mencatat sejak 2020-2022 telah membangun 2.177 unit.
Dengan estimasi luas layanan per unit 20 hektare (ha), maka luas oncoran atau yang dapat diairi saat musim kemarau mencapai 43.540 hektare. Pengembangan embung, dalam empat tahun terakhir (2020-2023) mencapai 1.531 unit. Dengan estimasi luas layanan 25 ha/unit, maka mampu memberikan dampak pertanaman seluas 38.275 hektare.
"Sarana dan prasarana tersebut dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau. Tahun ini kami akan membangun 590 unit embung dan 169 unit Irigasi Perpompaan/Perpipaan,” kata Ali Jamil
Selain itu, lanjutnya, pihaknya akan memprioritaskan dan mengawal pemanfaatan sumber-sumber air sebagai suplesi pada lahan sawah yang terdampak kekeringan. “Kami segera mengindentifikasi sumber air alternatif yang masih tersedia dan dapat dimanfaatkan melalui perpompaan dan irigasi air tanah dangkal,” tegasnya.
Tidak hanya itu saja, Kementan mengingatkan dinas agar alat dan mesin pertanian (Alsintan) dimanfaatkan untuk mengatasi mitigasi kekeringan.
“Kita minta, manfaatkan semua pompa air yang tersedia di daerah dan kerahkan Brigade Alsintan untuk membantu petani dalam mengamankan standing crop dan memitigasi kekeringan,” ujarnya.
Ali Jamil menyebutkan, total bantuan pompa air dari tahun 2020-2022 sebanyak 18.922 unit. Khusus daerah yang sumber airnya masih tersedia dan mencukupi, disarankan untuk segera manfaatkan Alsintan dan kerahkan Brigade Alsintan untuk melakukan percepatan tanam padi dan komoditas lainnya.
Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Rahmanto menambahkan, pihaknya siap membantu menyediakan infrastruktur yang diperlukan bagi daerah-daerah terdampak kekeringan dengan menyediakan paket bantuan kepada petani.
“Pertama adalah pompanisasi dan pipanisasi. Bantuan tersebut digunakan untuk menarik air dari sumber-sumber yang ada, baik dari sungai maupun mata air,” ujarnya.
Dia juga menyebut, petani serta Dinas Pertanian setempat harus bersinergi mengantisipasi kekeringan ini. Salah satu upayanya adalah pengawalan gilir giring irigasi, penanganan illegal pumping, dan sosialisasi dalam mematuhi jadwal tanam.
Dia mencontohkan, sejumlah daerah yang telah mengikuti program pipanisasi untuk menarik air dari sungai pada musim kemarau lalu di antaranya Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal. Intinya, jika daerah-daerah yang terancam kekeringan memiliki sumber air, maka akan dibantu dengan pompa dan pipa.
“Ini bisa menyelamatkan lahan sawah yang terancam gagal panen. Bila ada daerah lain juga membutuhkan, silakan ajukan permintaannya,” ungkapnya.
Kementan juga bisa menyediakan pembangunan embung atau long storage. Dia menerangkan, program ini untuk kelompok tani guna menampung air di musim hujan (bank air) kemudian dialirkan ke sawah bila dibutuhkan. Hal lain yang bisa dilakukan, kata Rahmanto, membangun sumur dangkal (sumur bor) di lahan-lahan yang mengalami kekeringan.
“Kami akan lakukan koordinasi dan memonitor ketersediaan air waduk dan bendungan. Melakukan penertiban pompa-pompa air ilegal di sepanjang saluran irigasi utama,” jelasnya.