EKBIS.CO, NEW YORK -- Penjualan Apple terus turun, karena ekonomi melambat dan lemahnya daya beli akibat kenaikan harga yang membuat konsumen menunda pembelian komputer dan iPad.
Raksasa teknologi itu mengatakan pendapatannya turun tiga persen dalam tiga bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama 2022 menjadi 94,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.394 triliun). Itu menandai kuartal kedua berturut-turut penurunan penjualan Apple, demikian dilansir BBC, Jumat (5/5/2023).
Namun penurunan itu tidak seburuk yang dikhawatirkan. Sebab permintaan iPhone meningkat dan perusahaan meraih pelanggan baru di luar negeri. Dalam sambutannya dengan analis, CEO Apple Tim Cook menyoroti pertumbuhan di India, tempat perusahaan berinvestasi besar-besaran dan yang dia kunjungi bulan lalu untuk membuka dua toko resmi pertama perusahaan di negara tersebut.
"Secara keseluruhan saya sangat senang dan bersemangat dengan antusiasme konsumen terhadap merek-merek Apple di sana," kata Cook.
Di India, di mana keseluruhan penjualan perusahaan tumbuh dua digit, Cook mengatakan dia melihat peluang pertumbuhan yang besar. Karena kelas menengah di negara itu berkembang, dengan mengatakan negara itu berada pada titik kritis.
Apple adalah salah satu perusahaan dengan valuasi tertinggi di dunia dan penjualannya diawasi saksama sebagai tanda kekuatan ritel. Perusahaan mengatakan sedang menghadapi lingkungan ekonomi makro yang menantang. Apple telah memperingatkan investor bahwa penjualan pada periode Januari-Maret bisa turun sebanyak lima persen secara tahunan (year-on-year/ yoy).
Namun, penjualan kuartal ini didukung peningkatan penjualan iPhone sebesar 1,5 persen yoy yang mencapai 51,3 miliar dolar AS (sekitar Rp 754,1 triliun) dan mencatatkan rekor untuk kuartal tersebut. Perusahaan mengatakan, penjualan iPhone terangkat oleh permintaan yang kuat di Asia Selatan dan Amerika Latin.
Unit bisnis jasa Apple, yang meliputi Apple Music, Apple News, dan Apple Pay, mengalami peningkatan penjualan lima persen yoy menjadi lebih dari 20 miliar dolar AS (sekitar Rp 294 triliun). Di Eropa, di mana banyak perusahaan lain melaporkan kelemahan, penjualan naik lebih dari dua persen. Namun, penjualan merosot lebih dari tujuh persen di Amerika, pasar terbesarnya.
Keuntungan juga turun lebih dari tiga persen secara tahunan menjadi sekitar 24,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 355,7 triliun). Namun, angka itu itu lebih baik dari yang diharapkan, karena masalah rantai pasokan berkurang.
Laporan Apple mengikuti serangkaian publikasi kinerja dari raksasa teknologi lainnya, termasuk pemilik Facebook Meta dan Alphabet, perusahaan induk Google, yang juga lebih baik dari yang diharapkan.