Senin 15 May 2023 03:03 WIB

Hati-Hati, Virus dan Bakteri Penyebab Flu Babi Afrika Bangkit Lagi

Berbagai virus dan bakteri yang sudah lama tertimbun saat ini tengah bangkit lagi.

Red: Natalia Endah Hapsari
Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menginstruksikan untuk dilakukan isolasi wilayah secara total sembari melakukan vaksinasi untuk mencegah penyebaran virus flu babi afrika.
Foto: Kementan
Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menginstruksikan untuk dilakukan isolasi wilayah secara total sembari melakukan vaksinasi untuk mencegah penyebaran virus flu babi afrika.

EKBIS.CO,  JAKARTA---Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebutkan, berbagai virus dan bakteri yang sudah lama tertimbun saat ini tengah bangkit lagi sehingga wajar jika ada babi asal Pulau Bulan, Batam, Kepri, yang terserang African Swine Fever (ASF) atau flu babi afrika.

''Di dunia, virus itu berputar, bakteri lagi bekerja sehingga (wajar) penyakit yang sudah tertimbun 20-30 tahun lalu (muncul kembali). Kayaknya virus bangkit lagi,'' kata Mentan SYL saat ditemui di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta.

Baca Juga

Guna mencegah penyebaran babi flu babi afrika, Mentan SYL menuturkan, telah menginstruksikan untuk dilakukan isolasi wilayah secara total sembari melakukan vaksinasi kepada hewan-hewan lain yang belum tertular.

''Itu (babi) belum banyak (yang terserang), baru dalam tahap pertama. Cuma memang itu sangat berpengaruh untuk ekspor karena babi kita lebih banyak untuk ekspor dan itu (flu babi afrika) cuma ada di satu. Untuk daerah lain Insya Allah, mudah-mudahan aman,'' tuturnya.

Sebelumnya, Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian menyatakan babi asal Pulau Bulan, Batam, yang biasanya diekspor ke Singapura positif terkena flu babi afrika.

''Hasil pengujian lanjutan baik oleh Laboratorium BBUSKP dan BVet Bukittinggi adalah positif ASF dan negatif Classical Swine Fever (CSF), sehingga perlu dilakukan sequencing untuk mengetahui genom virus terkait kemiripan asal virus,'' kata Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Wisnu Wasisa Putra di Jakarta, Sabtu (6/5).

Wisnu menuturkan, Barantan dan Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan telah secara aktif berkoordinasi dengan pihak Singapura, yakni Singapore Food Agency and NS Park.

Hasil investigasi bersama antara Indonesia dan Singapura tersebut menyimpulkan terjadi kematian babi yang cukup besar di Pulau Bulan, tetapi dengan gejala klinis mengarah ke Classical Swine Fever (CSF)/Hog Cholera.

Selanjutnya, pihak Karantina Pertanian Tanjung Pinang melakukan langkah-langkah antisipatif berupa pengujian ASF terhadap ternak babi, yang akan dilalulintaskan dan melakukan pengetatan tindakan karantina hewan.

''Selain itu, pemantauan terhadap importasi pakan dan bahan pakan yang masuk ke Pulau Bulan, sebagai langkah kewaspadaan kemungkinan masuknya ASF di pulau ini,'' ucap Wisnu.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement