EKBIS.CO, PURWAKARTA -- Menghadapi musim kemarau ekstrem yang diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Pertanian (Kementan) melaksanakan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), pembangunan embung, rehabilitasi irigasi, pipanisasi, pompanisasi, dan hibah pompa air.
Manfaat dari program tersebut telah dirasakan oleh petani di daerah, seperti disampaikan Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Purwakarta Adi Saputra. "Saya sudah merasakan (manfaat) berbagai program Kementan itu. Dari asuransi, pembangunan embung, hingga rehabilitasi irigasi. Berkat program Kementan, petani di Purwakarta terbantu," kata Adi.
Dampak dan risiko dari kemarau cukup signifikan bagi petani. Kondisi panas dapat memengaruhi pH tanah dan berdampak terhadap hasil produksi pertanian. "Risiko terburuk dari kemarau El Nino itu, pertama, gagal panen. Kedua, gagal tanam dan ketiga risiko tinggi tidak adanya produksi hasil pertanian karena cuacanya ekstrem," katanya.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, dalam antisipasi kekeringan, pihaknya mempersiapkan berbagai strategi secara dini dan masif. Di antaranya melalui penyaluran pompa air dan alsintan lainnya, pembangunan rehabilitasi embung, long storage, rehabilitasi jaringan irigasi, dan gerakan percepatan tanam padi. Namun, dia menganjurkan petani agar mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang lebih diutamakan. Pasalnya, AUTP untuk menjaga petani agar tetap bisa bertahan dalam menjalankan usaha taninya.
"Berbagai kebijakan 2022 telah terbukti dan terlihat hasilnya di lapangan. Tapi, yang terpenting adalah asuransi pertanian agar petani mendapatkan ganti rugi dan bisa menanam kembali," ujar Mentan SYL, Sabtu (13/5/2023).
Selain itu, perbaikan irigasi berdampak pada meningkatnya indeks pertanaman. Pengembangan pertanian modern melalui pemberian bantuan alsintan berdampak mempercepat olah tanam, waktu tanam, panen, dan pascapanen serta efisiensi biaya dan mengurangi lossis. "AUTP ini akan terus kami sosialisasikan ke petani. Karena ini menjadi bentuk perlindungan kepada mereka dan saat ini sudah banyak petani yang mengikuti AUTP,” kata Mentan SYL.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Ali Jamil mengatakan, dengan adanya AUTP, petani yang terkena musibah banjir atau kekeringan bisa mendapatkan ganti rugi. “Dengan membayar premi hanya Rp 36 ribu per hektar per musim tanam, petani yang sawahnya terkena bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT dapat mengajukan klaim (ganti rugi) Rp 6 juta per ha,” kata Ali Jamil.
Adanya tren positif peserta AUTP menurut Ali Jamil, karena pelaksanaan asuransi pertanian yang bekerjasama dengan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) ini memberikan berbagai keuntungan bagi petani/peternak. Bukan hanya nilai premi yang dibayarkan petani cukup murah, tapi juga memberikan ketenangan dalam berusaha.
“Petani semakin mengerti manfaat dari AUTP ini. Hanya dengan seharga satu bungkus rokok, petani, dan peternak bisa tidur tenang. Petani tidak tahu lahannya rusak terkena banjir, kekeringan atau terserang hama penyakit,” ujarnya.