Rabu 17 May 2023 12:32 WIB

Diteror Gagal Bayar, AS Bisa Masuk Pusaran Bencana Ekonomi Baru

Membiarkan AS gagal bayar akan membahayakan reputasi negara.

Rep: Novita Intan/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri Keuangan AS Janet Yellen, kanan, berbicara dengan Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt, tidak dalam gambar, di sela-sela Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-7 di pusat konvensi Toki Messe di Niigata, Jepang, Sabtu, Mei 13, 2023.
Foto: Issei Kato/Pool Photo via AP
Menteri Keuangan AS Janet Yellen, kanan, berbicara dengan Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt, tidak dalam gambar, di sela-sela Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-7 di pusat konvensi Toki Messe di Niigata, Jepang, Sabtu, Mei 13, 2023.

EKBIS.CO, WASHINGTON -- Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan risiko gagal utang pemerintah memicu resesi yang dapat menghancurkan banyak pekerjaan dan bisnis Amerika.

Seperti dilansir dari laman Reuters, Rabu (17/6/2023) Yellen mengatakan kepada pertemuan bankir komunitas bahwa krisis ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bisa menjadi lebih buruk. Ini kemungkinan akan menyebabkan gangguan pada operasi pemerintah federal, termasuk kontrol lalu lintas udara, penegakan hukum, keamanan perbatasan dan pertahanan nasional, serta sistem telekomunikasi.

Baca Juga

“Krisis keuangan yang menyertainya dapat melipatgandakan keparahan penurunan. Sangat mungkin bahwa kita akan melihat sejumlah pasar keuangan pecah dengan kepanikan di seluruh dunia yang memicu margin calls, hingga menurunkan tingkat penjualan,” ujar Yellen.

Yellen mengatakan kepada Kongres bahwa Departemen Keuangan diproyeksi dapat membayar tagihan pemerintah Amerika Serikat hanya sampai 1 Juni tanpa kenaikan batas utang. Ini menambah tekanan pada Partai Republik di Kongres dan Gedung Putih untuk mencapai kesepakatan dalam beberapa hari mendatang.

“Kegagalan untuk mencapai kesepakatan akan mengakibatkan konsekuensi ekonomi dan keuangan yang parah. Ekonomi kita tiba-tiba akan berada dalam badai ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.

Yellen menyebut sebanyak 66 juta penerima jaminan sosial dan jutaan veteran dan keluarga militer kemungkinan besar tidak akan bisa lagi disubsidi. "Dan guncangan pendapatan yang terjadi karena hal tersebut dapat menyebabkan resesi yang menghancurkan banyak pekerjaan dan bisnis Amerika," katanya.

Yellen mengatakan kebuntuan atas batas utang federal sudah mendorong biaya pinjaman lebih tinggi dan menambah beban utang negara. Ini mendesak Kongres  atas plafon utang pada tahun 2011 yang menyebabkan penurunan untuk pertama kalinya peringkat kredit Amerika Serikat.

"Waktu hampir habis. Setiap hari Kongres tidak bertindak, kami mengalami peningkatan biaya ekonomi yang dapat memperlambat ekonomi AS," kata Yellen.

"Ekonomi AS tergantung pada keseimbangan. Mata pencaharian jutaan orang Amerika juga demikian. Tidak ada waktu untuk disia-siakan. Kongres harus membahas batas utang secepat mungkin,” ucapnya.

Yellen mengatakan krisis 2011 ketika anggota parlemen menaikkan batas utang tak lama sebelum pemerintah harus berhenti melakukan pembayaran, menunjukkan dampak serius dari tidak bertindak lebih cepat. Akibatnya, kepercayaan konsumen turun lebih dari 20 persen, sementara indeks saham S&P 500 turun 17 persen, dan biaya pinjaman hipotek dan mobil naik.

“Membiarkan AS gagal bayar akan membahayakan reputasi negara itu dan merusak pondasi kepemimpinan ekonomi global AS,” katanya.

Investor sudah menjadi lebih enggan untuk menahan utang pemerintah yang jatuh tempo pada awal Juni. Kebuntuan meningkatkan beban utang secara keseluruhan. Perbankan AS juga dalam ancaman setelah krisis yang menimpa membuat sejumlah diantaranya bangkrut.

Namun Yellen masih memberikan penilaian optimistis tentang kesehatan bank Amerika Serikat. Masih banyak yang mencatat pendapatan bersih yang lebih tinggi pada 2022 daripada sebelum pandemi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement