EKBIS.CO, JAKARTA -- Perlambatan pada tahun ini dinilai tidak terelakkan mengingat dampak penerapan kebijakan tahun 2022 di mana suku bunga dan inflasi yang naik cukup tinggi. Direktur PT Modernland Realty Tbk, David Iman Santosa, mengatakan perseroan memandang 2023 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi pasar properti dengan fakta Bank Indonesia menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 6 kali.
Namun, perseroan tetap meyakini penjualan pada 2023 dapat lebih baik dibanding tahun sebelumnya. "Kembali normalnya kegiatan usaha dan mobilitas masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat," ujar David, di Jakarta, Jumat (19/5/2023).
Hari ini Modernland Realty (MDLN) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dihadiri jajaran Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. David mengatakan pembangunan infrastruktur yang masif digencarkan pemerintah dapat mendorong investor untuk kembali menjalankan ekspansi usaha. Harapannya penjualan kawasan industri dapat pulih kembali.
Sementara pada segmen residensial, perseroan sedang meluncurkan sejumlah produk baru di Kota Modern dan Jakarta Garden City. Ruko yang tersebar diseluruh proyek perseroan juga bakal dikembangkan dengan harga penjualan yang lebih terjangkau. "Serta mencari mitra strategis untuk pengembangan kawasan residensial milik perseroan lainnya," ucapnya.
Pada segmen industrial, David menyatakan, perseroan tengah mempelajari peluang permintaan kebutuhan lahan logistik yang sedang diminati khususnya di wilayah timur Jakarta. Saat ini perseroan memiliki lahan yang potensial di wilayah tersebut.
Perseroan membukukan penjualan pemasaran sebesar Rp 861 miliar pada 2022. Segmen residensial memberikan kontibusi terbesar yaitu 60 persen dari total penjualan diikuti segmen industrial sebesar 22 persen dan sisanya merupakan pendapatan dari segmen hospitality.
Hingga akhir tahun 2022, laba bersih perseroan tahun berjalan mengalami peningkatan 148,03 persen, menjadi Rp 20,17 miliar dari sebelumnya rugi bersih Rp 41,99 miliar pada 2021. Peningkatan itu dikontribusikan oleh turunnya beban keuangan perseroan akibat dari selesainya proses restrukturisasi utang obligasi dolar AS pada akhir 2021. Serta adanya pengakuan pendapatan dari penebusan utang obligasi dolar AS.