EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia Setiyono mengatakan, keberadaan PalmCo, sub-holding PTPN Group, akan membantu petani sawit di Indonesia. Dengan kondisi saat ini, ketika sawit masih dikelola secara terpisah di masing-masing anak usaha PTPN, hubungan petani sawit dan perusahaan relatif baik.
"Setelah dibentuk sub holding PalmCo yang khusus mengelola bisnis sawit, kami yakin kemitraan dengan petani akan lebih baik dan efisien," ujarnya dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Selasa (30/5).
Hal ini, menurutnya, karena sebelumnya, satu anak usaha menggarap banyak komoditas. Sehingga, petani sawit bukan menjadi mitra bisnis utama, tapi bersaing dengan komoditas karet, coklat hingga teh.
Selama ini, tuturnya, anak usaha PTPN Group dibedakan berdasarkan daerah operasi, bukan berdasarkan komoditas. Dengan kehadiran PalmCo, maka petani sawit akan menjadi mitra utama perusahaan, sehingga perhatian kepada petani kepala sawit diyakini juga akan meningkat.
"Nah, ketika mendengar akan ada PalmCo khusus perusahaan palem-palem-an, ya kami senang sekali. Kami yakin, PalmCo akan fokus dengan kepentingan petani sawit," ujar Setiyono.
Dia mengatakan, sebagai perusahaan khusus sawit yang dikelola untuk menjadi perusahaan yang lebih besar dari saat ini, PalmCo tentu akan membutuhkan pasokan bahan baku yang lebih besar juga.
Bahan baku, katanya, akan dipasok dari kebun perusahaan dan petani plasma, serta petani swadaya di seluruh Indonesia.
Pada kesempatan itu, dia juga menawarkan kerja sama yang lebih mengikat dengan PalmCo untuk memastikan ketersediaan bahan baku minyak sawit. Selain memastikan kesinambungan pasokan tandan buah segar (TBS) ke pabrik-pabrik PalmCo, jelanya, Aspekpir juga dapat membantu petani meningkatkan kualitas buah, seperti yang diharapkan oleh PalmCo.
"Sebagai perusahaan besar, PalmCo pasti butuh kepastian bahan baku dengan kualitas yang dibutuhkan. Kami bisa berperan di situ karena berhubungan langsung dengan petani sawit di seluruh Indonesia,x paparnya lagi.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jumlah petani sawit di Perkebunan Rakyat (PR) pada 2019 diperkirakan mencapai 2,74 juta kepala keluarga (KK). Angka ini meningkat rata-rata 2,5 persen hingga 3 persen per tahun.
Setiyono mengakui, dengan banyaknya jumlah petani sawit dan tersebar di seluruh Indonesia, memang kurang komunikasi dengan perusahaan sawit masih sering terjadi. Untuk itulah Aspekpir hadir.
Setiyono mengakui pada prinsipnya, Aspekpir membawa kepentingan petani, terutama dari sisi harga. Namun, ujarnya lagi, keberhasilan PalmCo mengelola bisnis sawit juga menjadi kepentingan petani karena jika perusahaan terus berkembang, maka kebutuhan kelapa sawit juga akan semakin besar.
Dengan demikian, pasar kelapa sawit petani akan semakin besar dan harga juga tentu akan meningkat dan pada akhirnya mensejahterakan petani juga. "Jadi kami sangat mendukung rencana PTPN Gorup memisahkan bisnis kelapa sawit menjadi perusahaan tersendiri PalmCo," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Mohammad Abdul Ghani mengumumkan, rencana penggabungan 13 perusahaan di bawah Holding Perkebunan Nusantara, menjadi dua Sub Holding.
"Langkah ini adalah bagian dari transformasi menyeluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan," jelas Abdul Ghani, seperti dilansir dari laman resmi PTPN Group, dikutip Senin (29/5).
Dia mengatakan, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII akan bergabung ke dalam PTPN IV atau nantinya dikenal sebagai Sub Holding PalmCo.
Sedangkan, PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV akan bergabung ke dalam PTPN I atau nantinya dikenal sebagai Sub Holding SupportingCo. Penggabungan Sub Holding PalmCo diharapkan akan segera terlaksana pada 2023.
Sub Holding PalmCo menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas perkebunan. Serta kapasitas produksi komoditas olahan sawit, termasuk hasil panen tandan buah segar (TBS). Termasuk kapasitas produksi crude palm oil (CPO), minyak nabati dan minyak goreng
"PalmCo akan meningkatkan hilirisasi produk-produk kelapa sawit untuk pemenuhan kebutuhan minyak goreng dalam negeri," jelas Mohammad Abdul Ghani.