EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah optimistis defisit anggaran pendapatan dan belanja negara 2023 berada di bawah 2,8 persen. Adapun prediksi itu lebih rendah dari asumsi defisit anggaran pendapatan dan belanja negara 2023 sebesar tiga persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, target defisit anggaran pendapatan dan belanja negara 2023 ditetapkan sebesar 2,84 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Secara nilai, jumlahnya sekitar Rp 598,2 triliun.
"Karena penerimaan lebih bagus dan waktu kita desain APBN-nya kan relatif cukup konservatif, sehingga penerimaan kita masih ada momentum yang cukup bagus sehingga ini akan mengurangi defisit," ujarnya saat konferensi pers di Jakarta pada pekan ini
Febrio juga memproyeksi belanja pemerintah dan penerimaan negara pada 2023 akan tumbuh positif. Sehingga, hal itu mendorong rendahnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara 2023.
"Belanja kita tidak berkurang, belanja kita tetap akan tumbuh positif. Jadi ini lebih kepada sisi penerimaannya yang akan lebih relatif cukup bagus. Tapi kita tetap waspada, nanti kita liat aja," ucapnya.
Menurut Febrio, target defisit anggaran pendapatan dan belanja 2023 didesain ketika kondisi relatif konservatif. Sementara perkembangan ekonomi menunjukkan pergerakan yang positif.
Maka itu, sambung dia, penerimaan negara masih memiliki momentum yang cukup bagus yang kemudian akan berdampak pada pengurangan defisit. Namun, pihaknya akan tetap memastikan realisasi belanja tahun ini tidak berkurang atau tetap tersalurkan sesuai pagu yang telah ditentukan. "Jadi, ini lebih kepada sisi penerimaannya yang akan relatif cukup bagus," ucap Febrio.
Pemerintah juga telah menetapkan target defisit anggaran pendapatan dan belanja negara 2024. Dalam postur makro fiskal 2024, Kementerian Keuangan membidik defisit anggaran pendapatan dan belanja negara 2024 sebesar Rp 496,6 triliun-Rp 610,9 triliun atau sekitar 2,16 persen-2,64 persen dari PDB.
"Pemerintah akan tetap waspada dalam menentukan kebijakan tahun ini karena perekonomian global masih dipenuhi kondisi ketidakpastian," ujar Febrio.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, defisit 2024 diwujudkan seiring pendapatan negara yang ditargetkan meningkat kisaran 11,08-12,38 persen dari PDB. Kemudian belanja negara sebesar 13,97-15,01 persen dari PDB, serta keseimbangan primer yang bergerak menuju positif kisaran defisit 0,43 persen hingga surplus 0,00 persen dari PDB.