EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan pergerakan rupiah terhadap dolar berpotensi masih dalam fase konsolidasi atau berfluktuasi di kisaran yang sama seperti pekan lalu. Hal tersebut disebabkan pasar menantikan data dan event penting pekan ini, yaitu data inflasi konsumen AS pada Selasa (13/6/2023) malam dan pengumuman kebijakan suku bunga acuan AS pada Kamis (15/6/2023) dini hari.
"Pasar biasanya berhati-hati menjelang event penting ini, sehingga rupiah berpotensi berbalik melemah terhadap dolar AS, tapi masih di kisaran perdagangan yang sama dengan pekan lalu," ujar dia ketika ditanya Antara, Jakarta, Senin (12/6/2023).
Menurut dia, perkembangan data ekonomi AS cukup beragam. Beberapa menunjukkan perbaikan, dan sebagian memperlihatkan penurunan yang agak membingungkan pasar.
Penurunan angka akan mendukung penghentian kenaikan suku bunga acuan. Sebaliknya, perbaikan data bisa mendorong bank sentral AS menaikkan suku bunganya lagi.
"Data inflasi konsumen AS menjadi data penting yang ditunggu pasar karena data inflasi adalah data yang menjadi alasan the Fed menaikkan suku bunga acuannya. Perkembangan baru dari data ini akan mempengaruhi persepsi pasar terhadap kelanjutan kebijakan moneter AS ke depan," ucap Aris.
Bagi dia, penurunan data cadangan devisa Indonesia bisa menjadi indikator bahwa demand dollar lebih tinggi dari suplai di dalam negeri, sehingga ini bisa memicu penguatan dolar AS terhadap rupiah.
"Rupiah berpotensi bergerak melemah ke arah Rp 14.900 (per dolar AS) dengan potensi support di kisaran Rp 14.820 (per dolar AS)," ungkapnya.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank melemah 0,39 persen atau 58 poin menjadi Rp 14.898 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.840 per dolar AS.