EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menegaskan jika Environmental, Social, and Governance (ESG) diterapkan dengan baik akan membantu pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030.
"ESG ini jika diterapkan dengan baik akan sangat membantu pencapaian NDC, pencapaian target-target yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia," kata Perencana Ahli Utama Kedeputian Bidang Pengembangan Regional Bappenas Oswar Mungkasa saat menjadi pembicara dalam Forum Ekselen Bisnis Indonesia (Febindo) bertajuk "Fungsi dan Peran Bappenas Terkait dengan NDC 2030" di Jakarta, Selasa (4/7/2023).
Dalam dokumen NDC, Indonesia menargetkan pengurangan emisi sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri dan sebesar 43,20 persen dukungan internasional pada 2030 nanti.
Adapun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 ada tiga program prioritas nasional yang mendukung NDC tersebut, yakni peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim serta pembangunan rendah karbon.
"Saya ingin menyampaikan bahwa dukungan itu dalam bentuk yang pertama tentunya kita ingin mengurangi penggunaan energi yang sifatnya berasal dari batu bara. Di dalam RPJMN ini kita sudah menetapkan juga di dalam konteks transportasi yang ramah lingkungan," tuturnya.
Lebih lanjut, kata Oswar, ESG merupakan sebuah perangkat yang penting bagi pemerintah untuk mengukur apakah perusahaan benar-benar menjalankan inisiatif berkelanjutan atau tidak.
"ESG ini menjadi suatu alat menurut saya sangat utama penting bagi pemerintah, kenapa? sebelumnya kan CSR (corporate social responsibility). Pengalaman kita, kita banyak dibohongi oleh CSR karena ternyata banyak greenwashing. Greenwashing itu tangan kirinya berbuat hal yang merusak lingkungan tangan kanannya menyumbang, ini kami menyumbang Rp 30 miliar padahal dia dari kejahatan yang sebelah (tangan) kirinya dapat ratusan miliar," ujar dia.
"Jika CSR itu sebenarnya kerangka keberlanjutan sebuah perusahaan yang kemudian kita tidak tahu apa benar dijalankan atau tidak tetapi ESG ini adalah suatu tool perangkat untuk mengukur apakah betul keberlanjutan itu dilaksanakan oleh perusahaan. Jadi, ada tool-nya ada laporannya jelas berapa duitnya keluar, ada indikatornya," lanjut Oswar.
Melalui penerapan ESG, kata dia, nantinya bisa mengetahui pengurangan emisi karbon pada bangunan gedung di suatu perusahaan.
"Jadi, kalau saya minta perusahaan A, ESG-nya bagaimana? Oh ini, kami berhasil menurunkan suhu atau apa pun namanya, paling tidak suhu bangunan gedung," kata dia.
Ia mencontohkan bahwa saat ini rata-rata bangunan di DKI Jakarta telah menerapkan konsep green building untuk mengurangi emisi karbon.
"Contohnya, Jakarta itu sekarang semua bangunan tinggi itu green buiding, kenapa? di Jakarta itu ada sekitar ratusan, seingat saya 700 high rise building di Jakarta yang kira-kira kalau dikalikan dengan jumlah penghuninya di siang hari itu hampir 800 ribu orang itu mengeluarkan emisi gas rumah kaca yang sangat-sangat besar sehingga Pemerintah DKI, waktu itu kebetulan saya pernah di (Pemprov) DKI. Jadi, Jakarta menerapkan green building bagaimana kemudian semua bangunan tinggi di Jakarta pada 2030 bisa mengurangi 30 persen emisinya," ucap Oswar.