Selasa 11 Jul 2023 20:08 WIB

Rantai Pasok Asia tak Lagi Berpusat di China, Indonesia Masuk Hitungan?

Vietnam tetap menjadi tujuan utama FDI selama 2012-2022.

Red: Lida Puspaningtyas
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri depan) didampingi Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah (kedua kiri) dan Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman (kiri) mendengarkan penjelasan tentang sistem kerja Fasilitas Pengolahan Limbah Terpadu Kawasan Industri Medan (KIM), Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (25/11/2021). Fasilitas  tersebut mampu mengolah limbah padat sebanyak 24 ton dan 200 meter kubik limbah cair per hari untuk menerapkan rantai pasokan global dan ekonomi hijau.
Foto: ANTARA/Fransisco Carolio
Menteri BUMN Erick Thohir (kiri depan) didampingi Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah (kedua kiri) dan Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman (kiri) mendengarkan penjelasan tentang sistem kerja Fasilitas Pengolahan Limbah Terpadu Kawasan Industri Medan (KIM), Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (25/11/2021). Fasilitas tersebut mampu mengolah limbah padat sebanyak 24 ton dan 200 meter kubik limbah cair per hari untuk menerapkan rantai pasokan global dan ekonomi hijau.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Co-Head Global Macro Strategy Manulife Aset Management Sue Trinh mengatakan rantai pasok di Asia terdiversifikasi sehingga tidak lagi terpusat di China. Hal ini tampak dari aliran investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) China pada 2022 yang menurun signifikan dibandingkan 2022.

"Vietnam tetap menjadi tujuan utama FDI selama 2012-2022, tapi karena (Vietnam) mengalami kendala kapasitas, perekonomian lain di kawasan ini juga menikmati manfaat limpahan selama beberapa tahun terakhir," katanya dalam Media Briefing daring, Selasa (11/7/2023).

Baca Juga

FDI antara lain tercatat beralih masuk ke Korea Selatan, Filipina, dan Malaysia secara signifikan, serta ke India baru-baru ini.

"Kami melihat India benar-benar menonjol dalam membangun ekosistem elektroniknya sendiri, dengan Apple memindahkan produksinya ke sana," katanya.

Ia memandang aliran investasi juga akan masuk ke proyek-proyek yang berkaitan dengan upaya menurunkan emisi karbon di Asia dan ini akan terus berlanjut pada tahun-tahun yang akan datang.

"Banyak negara di kawasan ini telah mencatat rekor arus masuk FDI ke sektor hijau, sehingga hal itu tentunya akan menjadi tema investasi yang sangat kuat untuk tahun-tahun mendatang," katanya.

Sebelumnya, selain dekarbonisasi, ia mengatakan deglobalisasi dan bonus demografi di Asia juga berpotensi menarik masuk lebih banyak peluang perdagangan dan investasi ke wilayah ini.

Hal ini ditopang oleh kebijakan pemerintah di beberapa negara Asia yang melakukan reformasi untuk meningkatkan kemudahan berbisnis, sehingga perpaduannya dapat mengerek naik pertumbuhan ekonomi Asia ke depan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement