EKBIS.CO, DUBAI -- Sebuah survei global 2021 oleh firma konsultan keuangan yang berbasis di Dubai, deVere, mengungkapkan bahwa 36 persen Milenial dan 51 persen Gen-Z akan dengan senang hati menerima gaji mereka dalam bentuk Bitcoin dan mata uang kripto lainnya.
Menurut Chief Product Officer sebuah perusahaan rekrutmen internasional, bernama Multiplier, Vamsi Krishna, mengatakan, karyawan yang dibayar dalam mata uang digital yang tidak konvensional mungkin jauh lebih tinggi. Hal itu kemudian menimbulkan pertanyaan: haruskah perusahaan mulai mempertimbangkannya?
Tahun lalu, pembayaran kripto mencapai 1,2 miliar dolar AS dan diproyeksikan mencapai 4,1 miliar dolar AS pada 2029, menurut perusahaan data Jerman, Statista.
Eric Barbier, CEO Triple-A, sebuah perusahaan konsultan kripto Singapura, mengatakan, dalam menghadapi kekurangan dolar dan tantangan likuiditas di banyak pasar negara berkembang, membayar talenta internasional, terutama pekerja lepas, dalam kripto dapat bermanfaat besar perusahaan. Menurut Barbier, menggunakan uang kripto untuk membayar karyawan internasional juga dapat membantu perusahaan mengurangi risiko penipuan.
"Transaksi lintas batas juga seringkali diselesaikan jauh lebih cepat menggunakan kripto dibandingkan dengan mentransfer mata uang fiat melalui bank," kata Barbier, dilansir Zawya, awal pekan ini.
Namun, aset digital memiliki tantangan tersendiri yang membatasi penggunaannya sebagai alat pembayaran. Terlepas dari stablecoin seperti USDT – yang dipatok ke mata uang fiat fisik – uang kripto terbilang sangat fluktuatif.