EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mampu mempertahankan kinerja positif pada semester pertama 2023. Perseroan secara disiplin menjalankan strategi pertumbuhan selektif dan terukur dengan berfokus pada profitabilitas jangka panjang.
BNI berkomitmen untuk terus setia melayani masyarakat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional yang ditunjukkan dengan diluncurkannya berbagai channel dan program unggulan. Transformasi yang dilakukan BNI telah memberikan output berupa layanan transaksi sekaligus berbagai solusi layanan perbankan yang baik bagi seluruh segmen nasabah. Selain menyederhanakan proses bisnis, transformasi ini juga meningkatkan efisiensi operasional perseroan.
Seperti yang disampaikan Presiden RI Joko Widodo dalam perayaan HUT ke-77 BNI, saat ini BNI telah membuktikan diri dan berhasil menjawab tantangan global dengan beragam transformasi.
Presiden berharap BNI dapat terus meningkatkan peran dan kontribusi bagi perekonomian nasional dengan memberikan dukungan pembiayaan dan pendampingan bagi UMKM dan pelaku usaha nasional agar naik kelas ke taraf internasional. “Teruslah berinovasi dan memberdayakan potensi-potensi terbaik untuk memberikan layanan yang lebih baik lagi kepada masyarakat,” kata Presiden.
BNI terus berupaya mendukung pemerintah untuk dapat memberikan dorongan positif pada pertumbuhan ekonomi sambil tetap menjaga kontribusi pada penerimaan negara. Dengan program konsolidasi, BNI terus mendorong transformasi pada perusahaan anak sehingga berdampak positif pada kinerja dan kontribusinya pada BNI Group.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan, program serta solusi yang ditawarkan BNI telah berdampak pada kemampuan perseroan untuk mencetak kinerja positif pada semester pertama 2023. Hal ini diikuti dengan strategi bisnis yang konsisten kepada segmen potensial, serta optimalisasi digital.
Kinerja fungsi intermediasi yang optimal, kualitas aset yang terus membaik, pertumbuhan Current Account Saving Account (CASA) yang sehat, serta struktur permodalan yang kuat adalah fondasi utama BNI untuk terus melakukan ekspansi bisnis sambil tetap memperkuat daya tahan terhadap risiko yang dihadapi.
“Kami bersyukur semester pertama dapat dilampaui dengan baik. Tentunya ada ruang untuk tumbuh lebih baik lagi dan akan kami akselerasi di semester kedua,” katanya dalam siaran pers.
Royke melanjutkan, perseroan juga fokus dalam penguatan likuiditas guna menopang akselerasi penyaluran kredit pada semester berikutnya. BNI akan mengoptimalkan pipeline penyaluran kredit, sekaligus mengakuisisi debitur sehat.
“BNI yakin akselerasi pada semester kedua ini akan lebih baik. Transformasi perusahaan sudah mulai memberikan output dan dampak positif pada kinerja yang lebih baik dalam hal portofolio, likuiditas, hingga profitabilitas,” katanya.
Laba bersih BNI mampu tumbuh 17 persen year-on-year (YoY) mencapai Rp 10,3 triliun. Pencapaian ini diperoleh dengan tetap mengedepankan pertumbuhan bisnis yang selektif dan prudent untuk menghasilkan pendapatan jangka panjang yang optimal.
Portofolio kredit BNI pada semester pertama 2023 mencapai Rp 650,8 triliun, yang ditopang oleh segmen korporasi swasta Blue Chip yang tumbuh 17 persen YoY dan segmen konsumer yang tumbuh 12 persen YoY.
Kualitas kredit juga semakin baik dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) turun 71 basis points (bps) menjadi 2,5 persen. Rasio pencadangan kredit bermasalah (NPL Coverage ratio) tetap dijaga di level yang aman yaitu di 3,1 kali pada Juni 2023. Ekspansi kredit juga ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 10,6 persen YoY menjadi Rp 765 triliun, sehingga membuat likuiditas menjadi lebih kuat dengan Loan To Deposits Ratio di posisi 85,1 persen.
“Dari sisi permodalan, hingga Juni tahun 2023 CAR BNI berada pada level yang kuat sebesar 21,6 persen. Tentunya hal tersebut merupakan hasil dari kinerja BNI yang terjaga sehingga memungkinkan penguatan modal dapat terus terjadi secara organik,” katanya.
Segmen corporate top tier, enterprise and consumer jadi motor pengerek
Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini memaparkan, kinerja fungsi intermediasi perseroan didukung oleh segmen korporasi swasta Blue Chip pada pertengahan tahun ini, yang portofolionya mencapai Rp 239,3 triliun, diikuti pula oleh segmen enterprise dengan portofolio Rp 52,1 triliun.
Adapun segmen konsumer mampu membukukan kinerja yang sangat baik di secured segmen seperti griya dan payroll loan dengan pertumbuhan mencapai 11,7 persen YoY menjadi Rp 116,4 triliun.
“Kinerja kredit ini, didukung dengan loan yield yang baik sekaligus kompetitif, sehingga kami mampu terus memfasilitasi kebutuhan ekspansi, sekaligus akuisisi debitur baru sebagai basis pertumbuhan ke depan,” kata Novita.
Dari sisi komposisi likuiditas, upaya BNI untuk menumbuhkan basis nasabah aktif tetap menjadi fokus bisnis ke depan. Penambahan ini akan memperkuat basis likuiditas, khususnya pada CASA yang di pertengahan tahun ini mampu dijaga pada posisi 69,6 persen terhadap total DPK. Rasio CASA ini, membawa Perseroan pada pencapaian Cost of Fund yang terjaga di posisi 1,98 persen.
“Dengan berbagai tantangan dalam penghimpunan likuiditas, BNI mampu mengelola kondisi ini, sehingga tetap dapat menjaga posisi likuiditas yang baik. Upaya perbaikan kualitas kredit, melalui monitoring, penanganan, dan kebijakan perseroan sejauh ini telah berjalan cukup efektif,” katanya.
Novita menuturkan, strategi pengelolaan kualitas aset yang disiplin ini, berdampak positif pada perbaikan kualitas aset BNI. Rasio kredit berisiko (Loan at Risk atau LAR) per Juni 2023 berada pada level 16,1 persen, membaik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 19,6 persen. LAR terdiri atas NPL, kredit pada kolektibilitas 2, dan kredit kolektibilitas lancar yang sedang direstrukturisasi.
Perbaikan rasio LAR terjadi konsisten pada ketiga aspek tersebut. Non-Performing Loan (NPL) BNI per Juni 2023 pada level 2,5 persen, atau membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,2 persen. Sementara itu, total kredit lancar yang direstrukturisasi juga membaik 270 bps menjadi 9,3 persen seiring dengan berjalannya skema restrukturisasi kredit dan pulihnya bisnis debitur.
Novita mengatakan, perbaikan kualitas aset tetap diimbangi dengan penyediaan pencadangan pada level yang kuat untuk mengantisipasi risiko. Rasio pembentukan beban CKPN terhadap total kredit atau credit cost pada semester pertama tahun 2023 sebesar 1,4 persen, menurun 70 bps dibandingkan credit cost yang dibentuk periode yang sama tahun lalu sebesar 2,2 persen.
Meskipun credit cost yang dibentuk lebih rendah dibanding tahun lalu, BNI berpandangan hal ini sudah memadai untuk mengkover kebutuhan penambahan CKPN bagi debitur-debitur yang masih dalam perhatian khusus.
“Kami optimistis ekspansi kredit yang lebih tinggi di semester kedua tahun ini, akan tetap berkorelasi positif pada kualitas kredit yang semakin baik. Kami menargetkan rasio kredit NPL untuk terus turun hingga akhir 2023,” katanya.
Solusi digital BNI kian dipercaya
Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati menyampaikan BNI tetap melanjutkan pertumbuhan kinerja digital banking yang baik. Perseroan mampu konsisten meningkatkan kapabilitas, dan terus inovatif dalam pengembangan solusi keuangan digital yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Dari segmen retail, jumlah pengguna BNI Mobile Banking pada semester pertama 2023 mencapai 14,9 juta. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan pencetakan nilai transaksi yang mampu mencapai Rp 544 triliun, dengan jumlah transaksi lebih dari 460 juta.
BNI tetap melanjutkan pertumbuhan kinerja digital banking yang baik. Perseroan mampu konsisten meningkatkan kapabilitas, dan terus inovatif dalam pengembangan solusi keuangan digital yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Pencapaian kinerja tersebut sejalan dengan strategi perseroan untuk menjadikan BNI Mobile Banking sebagai One Stop Financial Solutions, sehingga mampu menjawab berbagai kebutuhan layanan keuangan nasabah.
“Melalui BNI Mobile Banking, kami terus memperluas layanan dengan memanfaatkan ekosistem BNI Group, dan global partner, guna menjawab berbagai kebutuhan nasabah di era perbankan digital modern ini. Kami bertujuan untuk membantu memberikan solusi mulai dari transaksi dasar hingga keuangan yang lebih advance seperti investasi dan remitansi,” katanya.
Dari segmen wholesale banking, jumlah pengguna BNI Direct mencapai lebih dari 138 ribu user. Hal ini mendorong pertumbuhan volume transaksi cash management mencapai Rp 3.168 triliun, dengan jumlah transaksi mencapai 384 juta transaksi.
Adi Sulistyowati yang akrab disapa Susi mengatakan, perseroan terus mendapat dorongan positif dari semakin menguatnya transaksi di fitur unggulan seperti payment management, collection management, transaksi valuta asing, dan pembayaran pajak. Selain itu, terdapat juga fitur lain seperti online account information, online account opening, giro multi-currency, transfer dana keluar negeri dan BNIDirect KCLN yang ikut mendorong penguatan transaksi.
“Selanjutnya, BNI akan merilis berbagai fitur baru yang lebih baik seperti single sign-on, financial dashboard, online dan digital onboarding, investment management, chatbot, dan BNIDirect lite version. Kami terus mendorong BNIDirect mampu menyediakan kanal digital dari business banking guna membantu nasabah bertransaksi kapan pun, di mana pun dalam satu portal terintegrasi,” katanya.
Susi menambahkan, BNI juga memiliki agen laku pandai BNI Agen46 sebanyak lebih dari 173 ribu, tersebar di 6.000 kota dan 34 ribu desa dengan total transaksi pada semester pertama mencapai Rp 28,4 triliun.
Lebih lanjut, transformasi Perusahaan Anak yang tengah BNI lakukan, berjalan cukup baik sampai dengan semester pertama 2023. Perusahaan Anak terus berinovasi dalam menggali potensi bisnis baru untuk dapat menjadi yang terdepan di industri.
Secara keseluruhan, laba bersih Perusahaan Anak di Juni 2023 tumbuh 50,1 persen YoY mencapai Rp 255,2 miliar, didukung oleh kinerja baik seluruh Perusahaan Anak, terutama BNI Life dan hibank. BNI bersyukur upaya penguatan kinerja perusahaan anak sudah menunjukkan tren yang cukup positif.
Berbagai penguatan telah dilakukan, antara lain mulai dari aspek people, process, system, dan manajemen risiko secara terintegrasi, untuk memastikan bisnis Perusahaan Anak tumbuh berkelanjutan dan mampu bersaing di industri yang semakin kompetitif.
Sebagai digital-first SME Bank di Indonesia, hibank mampu mencatatkan pertumbuhan kredit 56,9 persen YoY menjadi Rp 4,74 triliun, khususnya dengan penyaluran kredit channeling UMKM melalui kolaborasi dengan beberapa fintech.
“Penguatan bisnis hibank ke depan, akan kami lakukan dengan membangun digital core banking baru, modernisasi sistem IT, dan pengembangan basic mobile banking. hibank juga akan memperkuat customer digital touch point yang akan dikembangkan dalam sebuah super platform, data analytics and artificial intelligence, hingga machine learning system,” ujarnya.