EKBIS.CO, JAKARTA -- Center of Reform on Economics (Core) Indonesia menilai, kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) akan berdampak terhadap dunia usaha. Hal ini dikarenakan potensi penyesuaian dari cost of fund di pasar keuangan.
Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, The Fed masih berpeluang menaikkan suku bunga acuannya, sehingga akan berdampak kepada pasar negara berkembang. Jika dampak yang diberikan besar, maka Bank Indonesia dapat turut menaikkan suku bunga acuannya setidaknya satu kali sebesar 25 basis poin.
“Dampak yang diberikan terutama ke pasar keuangan tentu akan ada potensi penyesuaian dari cost of fund di pasar keuangan,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Kamis (27/7/2023).
Menurutnya, langkah Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 5,75 persen telah melihat kondisi ekonomi global. “Selain itu, kondisi ekonomi domestik terutama dilihat dari indikator utama inflasi serta indikator lain yang berpotensi memengaruhi inflasi, seperti nilai tukar rupiah,” ucapnya.
Jika melihat kondisi saat ini, lanjut Rendy, tingkat inflasi bergerak melandai ke arah target inflasi yang ingin dicapai oleh pemerintah. Nilai tukar rupiah, juga berada pada kisaran yang masih dapat ditoleransi.
"Dengan asumsi kedua indikator di atas tetap bertahan, terdapat peluang BI untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan,” ucapnya.