EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Bank Jago Sonny Christian Joseph mengatakan pihaknya tetap akan mengutamakan kinerja fundamental keuangan perusahaan di tengah turunnya harga saham year to date (ytd).
"Yang lebih penting bagi kita adalah memperhatikan hal hal fundamental di mana kita menghasilkan kinerja terbaik secara keuangan bagi Bank Jago. Semoga nanti harga sahamnya bisa mengikuti," kata Sonny dalam acara Forum Jurnalis Jagoan di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Per hari ini, harga saham Bank Jago (ARTO) tercatat Rp 2.670 per lembar. Justru Sonny menilai, secara fundamental, Bank Jago merupakan salah satu bank digital yang meskipun masih berusia muda tapi telah mampu mencetak laba.
"Kita mungkin menjadi satu-satunya bank berbasis teknologi yang mencetak laba dengan usia yang sangat muda, tahun 2021 kita sudah mencatatkan laba, tahun 2022 juga mencatatkan laba. Itu suatu prestasi," ujarnya.
Adapun Bank Jago mencatatkan perolehan laba bersih atau net profit after tax (NPAT) sebesar Rp 41 miliar pada semester I 2023, tumbuh 40 persen secara tahunan, dengan total aset melonjak 29 persen menjadi Rp 18,8 triliun. Kemudian penyaluran kredit Bank Jago mencapai Rp 11,2 triliun pada semester I 2023, atau melonjak 54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 7,3 triliun.
Dari aspek pendapatan berbasis komisi (fee-based income) meningkat 403 persen menjadi Rp 92 miliar. Melonjaknya laju pertumbuhan kredit, dapat diimbangi dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang meningkat 65 persen menjadi Rp 10,9 triliun.
Sonny menambahkan, dana murah atau current account saving account (CASA) Bank Jago terus meningkat sepanjang tahun ini mencapai Rp 7,2 triliun, melonjak 86 persen. Hal itu didorong adanya kerja sama antara Bank Jago dengan beberapa perusahaan sebagai sarana pembayaran gaji.
Pada kesempatan yang sama, Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero juga menilai bahwa pergerakan saham dipengaruhi oleh banyak faktor di Indonesia maupun luar negeri. Namun secara umum, saham sektor perbankan saat ini mempunyai daya tarik yang cukup tinggi di antara para investor.
"Sektor perbankan itu adalah salah satu sektor yang menjadi primadona investor asing di Indonesia, karena return on asset tertinggi di Asia Pasifik. Di sisi lain, penduduk Indonesia yang unbankable itu masih banyak," kata dia.