EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna meyakini jumlah perusahaan pendatang baru atau yang melangsungkan penawaran umum saham perdana (IPO) di pasar modal Indonesia dapat kembali memecahkan rekor pada tahun ini.
Sebelumnya, BEI telah memecahkan rekor dengan mencatatkan sebanyak 59 perusahaan pendatang baru di pasar modal Indonesia pada 2022 atau terbanyak sejak 1992 (sejak privatisasi BEI). "Mudah-mudahan dari total perusahaan tercatat tahun ini memecahkan rekor lagi, karena jumlahnya hari ini sudah 55," ujar Nyoman di depan awak media di Gedung BEI, Jakarta, Senin (7/8/2023).
Sampai Senin ini tercatat 55 perusahaan melangsungkan Initial Public Offering (IPO) di BEI, dengan dana dihimpun mencapai Rp 48,8 triliun. Nyoman mengungkapkan masih terdapat 36 calon emiten yang mengantre untuk IPO, yang mana sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang listing akan ditempatkan pada papan pengembangan.
"Ada tujuh lagi di pekan ini yang akan listing," ujar Nyoman.
Dari 36 perusahaan tersebut, sebanyak 10 perusahaan aset skala besar di atas Rp 250 miliar, 22 perusahaan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai sampai dengan Rp 250 miliar, serta empat perusahaan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Pada tahun ini, BEI menargetkan perusahaan yang melantai di pasar modal Indonesia sebanyak 57 emiten. BEI juga merevisi target jumlah pencatatan efek baru yang melantai sepanjang 2023 menjadi 200 perusahaan di semua instrumen, atau meningkat signifikan dari target semula sebanyak 130 perusahaan. Adapun, instrumen yang dimaksud meliputi saham, obligasi, waran, kontrak investasi kolektif baru yang mencatatkan exchange traded fund (ETF), dana investasi real estate (DIRE), dan efek beragun aset (EBA).
"Bursa memberikan perhatian dan upaya-upaya kepada semua instrumen," ujar Nyoman.