Ahad 20 Aug 2023 10:46 WIB

Survei: Masyarakat Indonesia Masih Andalkan Gratis Ongkir, Bukti Sensitif Harga

Sebanyak 42,9 persen konsumen kurangi pembelian di lokapasar karena biaya layanan.

Red: Lida Puspaningtyas
Warga berjalan melewati pertokoan yang tutup di Mal Blok M, Jakarta, Selasa (17/1/2023). Mal Blok M yang merupakan pusat perbelanjaan legendaris di Jakarta sejak tahun 1992 tersebut kini sepi dari pengunjung dan pedagang. Hal tersebut diakibatkan pergeseran tren pusat perbelanjaan disertai kehadiran pesaing dan tren digitalisasi penggunaan platform belanja online.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga berjalan melewati pertokoan yang tutup di Mal Blok M, Jakarta, Selasa (17/1/2023). Mal Blok M yang merupakan pusat perbelanjaan legendaris di Jakarta sejak tahun 1992 tersebut kini sepi dari pengunjung dan pedagang. Hal tersebut diakibatkan pergeseran tren pusat perbelanjaan disertai kehadiran pesaing dan tren digitalisasi penggunaan platform belanja online.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Di tengah kebijakan baru platform belanja online yang mulai mengenakan biaya jasa layanan, konsumen ternyata menempatkan program gratis ongkos kirim (ongkir) sebagai pertimbangan penting sebelum berbelanja di marketplace atau lokapasar.

Hal itu membuktikan masyarakat Indonesia masih cukup sensitif terhadap harga. Kemudian, sekitar 42,9 persen konsumen mengaku akan mengurangi pembelian di lokapasar karena adanya biaya jasa layanan aplikasi, demikian hasil survei platform omnichannel social commerce, SleekFlow, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Ahad (20/8/2023).

Lokapasar mulai mengenakan biaya jasa layanan kepada pengguna dalam besaran antara Rp 1.000 hingga Rp 2.000 pada setiap transaksi. Selain itu, sejak kuartal pertama 2023, platform juga menaikkan komisi yang dikenakan kepada penjual dari 1-4 persen menjadi 5-6 persen.

SleekFlow melakukan survei dengan melibatkan 105 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan latar belakang beragam, seperti berada di usia produktif dengan status sebagai pekerja penuh waktu. Mereka terdiri atas 62,9 persen perempuan dan pria 37,1 persen pria.

Survei itu menunjukkan konsumen sekarang lebih kritis dalam bertransaksi dan merespons kenaikan harga. Untuk itu, bisnis perlu beradaptasi dengan diversifikasi kehadiran tidak hanya di lokapasar, tapi juga kanal lainnya seperti Whatsapp, media sosial, dan website sendiri atau optimalisasi omnichannel.

Selain itu, studi SleekFlow kali ini juga membuktikan bahwa 91,43 persen konsumen yang menggunakan marketplace cenderung membeli produk yang dibutuhkan tanpa memikirkan apakah itu toko yang sama atau tidak.

Bahkan, 43 persen konsumen akan memilih cari toko baru yang menjual produk serupa jika toko yang pernah jadi tempat dia berbelanja tidak ada lagi di marketplace. Lalu, 29 persen pelanggan memilih mungkin berbelanja di platform lain.

Dengan perilaku konsumen itu, pebisnis online yang hanya fokus di satu platform akan kesulitan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan. Untuk itu, pebisnis online perlu mengoptimalkan keberadaan bisnisnya di berbagai platform, seperti memanfaatkan media sosial, website, hingga aplikasi pesan instan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.

Regional GM ASEAN SleekFlow Asnawi Jufrie menyatakan, konsep omnichannel menjadi kunci sebuah bisnis memberikan pengalaman kepada konsumen secara konsisten. Seperti, konsumen bisa menemukan produk di website, bertanya lebih detail di Whatsapp, hingga akhirnya menciptakan transaksi.

"Tidak mungkin pelanggan berinteraksi dengan sebuah bisnis hanya melalui satu channel. Pendekatan omnichannel dapat menjadi solusi untuk menyediakan customer experience terbaik," kata Asnawi.

Untuk mendukung transformasi UMKM agar bisa memanfaatkan omnichannel dalam bisnisnya, SleekFlow sebagai platform social commerce menyediakan produk yang membantu pengalaman konsumen. Seperti, melakukan percakapan dengan konsumen via Whatsapp, SMS, Facebook, Instagram, live chat di website, dan berbagai aplikasi jejaring sosial serta aplikasi instan.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement