Jangan FOMO
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengungungkapkan saat ini sudah banyak generasi muda berani berinvestasi di pasar modal maupun pasar keuangan lainnya. Meskipun begitu, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan generasi muda tidak boleh asal investasi tanpa literasi yang baik.
"Nanti anda FOMO (fear of missing out) ikut-ikutan akhirnya ketipu. Ada produk macam-macam, seperti ada robot trading dan lain-lain yang membuat Anda rugi," kata Purbaya.
Terlebih, Purbaya menuturkan, saat ini yang paling baru juga banyak produk investasi yang mencuat. Dengan bekerja sama dengan orang terkenal mengajak orang lain ikut berinvestasi, tapi pada akhirnya rugi besar.
Untuk itu, Purbaya menegaskan generasi muda yang sudah berani berinvestasi harus melengkapinya dengan pemahaman yang memadai. Hal itu dapat membantu dalam menghindari potensi kerugian.
"Jadi, saya selalu bilang, investasi harus smart. Artinya, Anda kalau investasi harus mengerti betul apa yang Anda investasikan. Jangan ikut ke sana, orang bilang untung lalu ikut investasi," ujar Purbaya.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, dengan berinvestasi yang dibarengi dengan literasi yang baik, dapat mendidik generasi muda terhindar dari FOMO. Sebab, Perry melanjutkan, kerap generasi muda hanya berinvestasi karena tidak ingin tertinggal dari orang lain.
"Jangan FOMO. Berinvestasi di dunia keuangan itu jangan ikut-ikutan karena gengsian terus nggak bisa masuk grup tapi harus pintar, caranya bisa pelajari investasinya, APBN-nya gimana, sahamnya gimana, terus tentukan return dan risikonya," kata Perry.
Dia menegaskan, jika literasi baik dan dapat mempelajarinya, generasi muda juga bisa berinvestasi dengan keuntungan yang tinggi. Selain itu, juga dengan risiko yang terkelola.
Perubahan Zaman
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, generasi milenial dan generasi Z merupakan pelaku utama di berbagai sektor saat ini. Sri Mulyani menuturkan, generasi muda harus siap menghadapi perubahan zaman yang sangat cepat.
"Perkembangan digitalisasi di sektor keuangan yang telah mempermudah akses terhadap berbagai produk investasi, perlu diimbangi dengan peningkatan literasi keuangan," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan, hal paling penting adalah mengetahui karakter produk yang diinvestasikan. Hal itu dapat bermanfaat sebagai bekal dalam merencanakan dan menjaga hasil kerja untuk diinvestasikan di tempat yang baik.
“Indonesia hanya akan bisa maju jika kita semua peduli dan menjaganya bersama, dimulai dari memahami bagaimana mengurus negara ini, memahami mengurus keuangan diri, dan menjaga untuk diinvestasikan di tempat yang baik,” kata Sri Mulyani.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menilai sektor pasar modal memiliki potensi sangat besar untuk semakin meningkatkan pembiayaan perekonomian nasional. OJK mencatat jumlah investor pasar modal pada Juli 2023 sudah mencapai 11,42 juta investor atau sekitar 4,5 persen dari populasi Indonesia.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 80,44 persen investor merupakan generasi milenial dan gen Z. Jika dilihat dari potensinya, mahendra mengatakan, pertumbuhannya 11,42 juta orang tersebut baru sekitar 4,5 persen dari populasi Indonesia.
Hanya saja, jika dilihat dari 2015, jumlah investor di Indonesia baru 281 ribu. "Maka 11,5 juta itu 36 kali lipat dalam kurun waktu hanya selapan tahun. Ke depan, kita bisa melihat bagaimana potensi luar biasa," kata Mahendra.
Dengan adanya potensi yang cukup besar, generasi muda harus cerdas sebelum memulai investasi. Riset hingga konsultasi dengan perencana keuangan dapat dilakukan agar pada akhirnya investasi bisa menjadi cara memupuk kekayaan sejak dini.