EKBIS.CO, JAKARTA -- Industri sawit Indonesia berperan penting untuk perekonomian Indonesia dengan kinerja perdagangan kelapa sawit yang terus meningkat. Untuk itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak para pelaku perkebunan sawit berupaya melakukan akselerasi Program Peremajaan Sawit hingga hilirisasi melalui perbaikan tata kelola sawit secara berkelanjutan guna menjaga dan meningkatkan produksi.
“Hari ini secara khusus saya mengajak semua pihak yang terlibat untuk ikut dalam memajukan perkebunan sawit secara berkelanjutan melalui program-program pemerintah, seperti PSR, pengembangan SDM, sarana dan prasarana,” kata SYL, Rabu (23/8/2023).
SYL mengatakan, dalam perekonomian makro ekonomi Indonesia, industri minyak sawit memiliki peran strategis, antara lain, penghasil devisa terbesar, lokomotif perekonomian nasional, kedaulatan energi, pendorong sektor ekonomi kerakyatan, dan penyerapan tenaga kerja. Perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang cepat serta mencerminkan adanya revolusi perkebunan sawit.
Perkebunan kelapa sawit Indonesia, katanya, berkembang di 26 provinsi di Indonesia. Dua pulau utama sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Sumatra dan Kalimantan.
“Komoditi kelapa sawit adalah komoditi andalan Indonesia yang memiliki prospek hari ini, besok dan ke depan yang makin terbuka makin baik menjadi komoditas yang diminati dunia bahkan berkontribusi pada kehidupan bangsa besok yang lebih baik,” katanya.
Ia berharap kegiatan ini menjadi momentum yang dapat mendorong sinergi multi pihak dalam mengakselerasi dan memacu semangat memperkuat perkelapasawitan nasional. Tentunya dalam rangka mendorong peningkatan daya saing dan pemulihan ekonomi nasional di sentra-sentra kelapa sawit melalui program-program pemerintah serta memanfaatkan seluruh potensi yang dapat dimanfaatkan.
“Kalimantan selatan memiliki potensi yang sangat serius dan sangat mumpuni untuk bisa diusahakan secara maksimal kelapa sawit kita berproduksi lebih baik ditempat ini. Dan hari ini kita rakor kan bersama Pak Gubernur, ada Pak Kapolda, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Ketua DPR untuk mendorong sama-sama. Salah satu yang harapkan bisa segera terimplementasi adanya replanting,” ujarnya.
SYL mengungkapkan pada Rakor Sawit se-Kalsel telah disepakati bahwa replanting sawit di Kalsel tahun 2023 akan mencapai 10 ribu hektare. Untuk itu, petani sawit yang melakukan replanting juga didorong untuk melakukan pola tanam tumpang sari sawit dengan komoditas lain, seperti kacang, umbi-umbian, jagung, dan lainnya.
“Artinya, tidak boleh ditebang saja, tunggu dua tahun, tapi pemerintah diam, nggak, tapi kita berharap intervensi jagung, atau umbi-umbian, kacang-kacangan bisa mengintervensi sambil menunggu sawit yang sudah di-replanting berproduksi sehingga kesejahteraan perani tetap terjaga,” katanya.