EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menargetkan produksi beras dalam negeri mencapai 55,42 juta ton pada 2024. Jumlah ini naik dibandingkan target 2023 yang sejumlah 54,5 juta ton.
“Dengan berpatokan pada empat program (kerja Kementan) target produksi beberapa komoditas utama 2024 sebagai berikut, padi sebanyak 55,42 juta ton, dan jagung 23,34 juta ton,” kata Mentan SYL pada rapat kerja (raker) dengan Komisi IV DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Target untuk komoditas lain, yakni cabai dengan produksi 3 juta ton, bawang merah 1,74 juta ton, kedelai 340 ribu ton dan bawang merah 45,91 ribu ton. Lalu, komoditas kopi dengan 818 ribu ton, kelapa 2,9 juta ton, kakao 694 ribu ton, tebu 39,45 juta ton, daging sapi/kerbau sebanyak 405,44 ribu ton dan daging ayam 4 juta ton.
Untuk mencapai target produksi tersebut, Mentan mengatakan bahwa sesuai dengan Surat Bersama Menteri Keuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor S-626/MK.02/2023 dan Nomor B.644/M.PPN/D.8/PP.04.02/07/2023 Kementerian Pertanian mendapatkan tambahan pagu Rp 76,8 miliar karena ada kenaikan gaji ASN sebesar 8 persen sehingga pagu anggaran Kementerian Pertanian Tahun 2024 menjadi 14,73 triliun.
“Dari jumlah anggaran tersebut lebih lanjut dialokasikan untuk pelaksanaan empat program,” ujarnya.
Secara rinci, program ketersediaan, akses dan konsumsi pangan berkualitas mendapat usulan pagu sebanyak Rp 8,19 triliun. Kemudian untuk program nilai tambah dan daya saing industri sebesar Rp 1,42 triliun, program pendidikan dan pelatihan vokasi Rp 641 miliar serta dukungan manajemen sebanyak Rp 4,47 triliun.
Syahrul menyampaikan bahwa pelaksanaan instruksi Presiden Joko Widodo Nomor 1 Tahun 2021 tentang percepatan pembangunan ekonomi pada tiga kawasan perbatasan negara, Kementan mengalokasikan anggaran kegiatan sebesar Rp 32,9 miliar.
Kegiatan di Aruk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dengan total anggaran Rp 12,12 miliar di antaranya akan digunakan untuk pengembangan integrasi tanaman-ternak, pengembangan kawasan sentra produksi lada dan kelapa hingga pengembangan kawasan hortikultura.
Kemudian di Motaain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, sebanyak Rp 10,48 miliar akan digunakan untuk pengembangan integrasi tanaman-ternak, kawasan hortikultura dan kawasan kelapa. Sedangkan untuk di kawasan Skouw, Kota Jayapura, Papua, dengan anggaran Rp 10,3 miliar akan digunakan untuk pengembangan integrasi tanaman-ternak, hilirisasi padi dan sagu dan pengembangan kawasan hortikultura.