Rabu 13 Sep 2023 20:16 WIB

Produk Hibrida Berkontribusi Bagi Ketahanan Pangan

Produk hibrida tahan terhadap serangga, virus, mengurangi penggunaan pestisida kimia.

Red: Budi Raharjo
Syngenta Indonesia melakukan panen jagung bioteknologi NK Pendekar Sakti di area Agrotechnopark, Universitas Jember, Jawa Timur.
Foto: .
Syngenta Indonesia melakukan panen jagung bioteknologi NK Pendekar Sakti di area Agrotechnopark, Universitas Jember, Jawa Timur.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menetapkan sasaran produksi jagung sebesar 30 juta ton pipilan kering dengan sasaran luas tanam seluas 5,262 juta hektare pada 2023. Terbatasnya sumber daya alam memerlukan strategi yang tepat dalam pencapaian sasaran produksi tersebut. 

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, menyampaikan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai target itu melalui peningkatan produktivitas. Produk hibrida diyakini dapat memberikan kontribusi positif bagi ketahanan pangan. 

"Karena produk hibrida tahan terhadap serangga, virus, mengurangi penggunaan pestisida kimia, kekeringan, perbaikan nutrisi, yang akhirnya berkontribusi pada peningkatan hasil," ujar dia dalam sambutan tertulisnya di Seminar Nasional Bioteknologi: Adopsi Bioteknologi untuk Akselerasi Ketahanan Pangan yang dilakukan sejak 12 September 2023.

Potensi produksi jagung lokal hanya berkisar 3-4 ton per ha dan jagung komposit 5-7 ton per ha. Sedangkan potensi produksi jagung hibrida dapat mencapai 12-14 ton per ha. “Jagung hibrida yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dari varietas-varietas jagung komposit merupakan salah satu upaya untuk peningkatan produksi jagung,” kata Suwandi.

Petani jagung asal Jember, Jawa Timur, Abubakar, membenarkan perihal produksi jagung itu. Petani yang telah bertanam jagung sejak puluhan tahun silam itu mengisahkan ketika menanam jagung lokal hasil panen yang didapat hanya sekitar 4 ton per ha. Namun Ketika mencoba menanam jagung hibrida bioteknologi hasil panen meningkat hingga lebih dari 11 ton per ha. 

“Saya sudah coba menanam jagung hibrida bioteknologi dan hasilnya jauh meningkat. Yang lebih menyenangkan biaya produksi bisa ditekan hingga lebih dari 30 persen dan selama masa budi daya tenang dan nyaman karena terbebas dari ancaman hama penggerek batang yang menakutkan. Jagung bioteknologi dengan keunggulan ganda ini sangat ditunggu-tunggu petani,” tutur Abubakar.

Seed Business Head Syngenta Indonesia, Fauzi Tubat, menyatakan produktivitas jagung hibrida bioteknologi dengan keunggulan ganda ini sekitar 10 persen lebih tinggi dibandingkan produktivitas jagung hibrida konvensional. Apabila ditanam secara luas di Indonesia, varietas ini dapat mendongkrak panen jagung dari rata-rata nasional sebesar 5,3 ton per ha menjadi sekitar 7 ton per ha. 

Salah satu varietas jagung hibrida bioteknologi, NK Pendekar Sakti, memiliki potensi hasil hingga 11,8 ton per ha pipilan kering. “Kami berharap jagung hibrida bioteknologi dengan keunggulan ganda ini dapat memberikan hasil panen melimpah untuk petani," ujarnya.

"Dengan keunggulan ganda tersebut, varietas unggul ini dapat membantu petani menekan ongkos produksi, meningkatkan kualitas hasil panen dan menjadikan budi daya jagung lebih mudah dan nyaman,” kata Fauzi menambahkan.  

Jagung bioteknologi pertama kali diperkenalkan saat Pekan Nasional (Penas) Tani dan Nelayan Andalan XVI pada Juni lalu di Padang, Sumatra Barat. Sampai dengan saat ini ada tiga varietas jagung bioteknologi Syngenta yang sudah diperkenalkan kepada petani dan masyarakat yaitu NK Pendekar Sakti, NK Sumo Sakti, dan NK Perkasa Sakti. 

Sebagai bagian dari seminar nasional itu, Syngenta Indonesia melakukan panen jagung bioteknologi NK Pendekar Sakti di area Agrotechnopark, Universitas Jember, Jawa Timur. Jagung bioteknologi ini adalah jagung pertama di Indonesia yang memiliki keunggulan toleran terhadap herbisida glifosat dan tahan hama penggerek batang (Asian Corn Borer/Ostrinia furnacalis). 

 

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement