EKBIS.CO, JAKARTA -- Dengan kondisi global masih mengalami tantangan bertingkat (cascade problem) seperti climate change dan El Nino, Pemerintah tetap antisipatif untuk menjaga perekonomian Indonesia agar tetap stabil.
Di kuartal dua tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,17 persen (yoy) serta tingkat inflasi pada Agustus 2023 berada di level 3,27 persen atau berada dalam target sasaran 3 persen ± 1 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan Asean, terutama Indonesia diyakini sebagai wilayah maupun negara yang extraordinary. Alasannya, menurut Airlangga karena Indonesia maupun Asean diketahui sebagai region yang pertumbuhannya di atas empat persen dan inflasi bisa ditekan rendah.
"Semua negara konsentrasi pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Alhamdulillah, Indonesia dua-duanya kita bisa tahan sehingga Indonesia dan ASEAN menjadi bright spot dalam pertumbuhan ekonomi dunia,” ungkap Airlangga dalam acara Musyawarah Anggota Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) 2023 di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (14/09).
Persepsi risiko global pada pasar keuangan saat ini mulai membaik yang ditandai dengan indikator pasar keuangan global seperti VIX Index yang menggambarkan volatilitas pasar saham yang berangsur turun, sekaligus mengindikasikan bahwa pasar modal sedang dalam tren yang membaik.
Sementara itu, kinerja pasar keuangan Indonesia juga relatif baik di tengah ketidakpastian global. Nilai tukar masih terapresiasi di tengah terdepresiasinya beberapa mata uang negara seperti Singapura (-1,6 persen), China (-5,3 persen), Jepang (-10,7 persen). Lebih lanjut, IHSG juga mampu
menorehkan return sebesar 1,2 persen yang relatif lebih baik dibandingkan Shenzen China (-1,2 persen), STI Singapura (-1,2), dan FTSE Malaysia (-2,8 persen).
“Emiten. Kita melihat bahwa dana yang tercatat di Bursa Efek Indonesia di tahun 2023 ada 56 perusahaan yang sudah melantai. Nilai yang dicapai mencapai Rp 48,11 triliun,” tutur Menko Airlangga.
Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Indonesia telah kembali masuk dalam uppermiddle income country berdasarkan data Bank Dunia yang diperbarui pada Juli 2023 dengan pendapatan per kapita 4.580 dolar AS. Lebih jauh, Pemerintah Indonesia juga saat ini telah menyatakan intensi untuk menjadi anggota OECD.
“Critical minerals itu menjadi pembicaraan seluruh pemimpin dunia berbagai blok. Apakah itu di G20, apakah di EU. Tetapi Indonesia memastikan bahwa dengan critical minerals, kita way ahead dari dunia. Ini adalah the next game changing daripada global. Karena kenapa? critical minerals itu menjadi kunci untuk renewable energy. Untuk baterai, tidak ada teknologi renewable tanpa baterai,” tegas Menko Airlangga.
Untuk menjaga prospek ekonomi Indonesia agar semakin baik dan kuat, Pemerintah telah mengimplementasikan berbagai strategi kebijakan diantaranya yakni implementasi Undang-Undang Cipta Kerja termasuk reformasi perizinan berusaha berbasis risiko, penguatan daya beli dan pengendalian inflasi, penguatan daya saing dan nilai tambah industri, pemberdayaan UMKM, mendorong ekspor dan menjaga resiliensi sektor eksternal, peningkatan produktivitas SDM, pemerataan pembangunan dan konektivitas, serta peningkatan kerja sama internasional.
“Kemudian juga kita melihat bahwa sekarang, hari ini Indonesia sangat dipandang dalam kancah global, baik di tingkat ASEAN maupun di G20. Oleh karena itu, momentum untuk investasi kembali masuk. Dan yang bisa invest adalah the campion of the champion yang ada di ruang ini. Ini kan asosiasi emiten dari perusahaan terbesar, terbaik di sektornya masingmasing. Nah, inilah yang saya berharap atau Pemerintah berharap bahwa dengan confidentnya untuk terus melakukan investasi melalui pasar modal. Saya yakin ekonomi Indonesia terus tumbuh,” pungkas Menko Airlangga.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Komisioner Pengawas Emiten, Transaksi Efek dan Pemeriksaan Khusus OJK, Direktur Utama PT. Bursa Efek Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia, serta jajaran Dewan dan pengurus AEI.