EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki mengajak influencer dalam negeri mempromosikan produk lokal. Tujuannya agar mampu melawan dominasi produk asing yang dijajakan di platform e-commerce atau lokapasar.
"Sekitar 56 persen total revenue pasar e-commerce kita dikuasai asing. Maka kita butuh peran banyak pihak, termasuk influencer dalam mempromosikan produk lokal," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (20/9/2023).
Ia menuturkan, di tengah perubahan pola belanja offline ke online dan serbuan produk asing, peran influencer semakin signifikan dalam mempromosikan produk lokal. Menurutnya, diperlukan semangat bersama supaya masyarakat Indonesia bisa mencintai produk dalam negeri.
Teten menjelaskan, semangat mencintai produk nasional bisa membantu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berkembang dan tumbuh secara berkesinambungan. Ia ingin masyarakat bisa mencontoh warga Jepang yang percaya kalau membeli produk dalam negeri merupakan cara membantu negaranya menjadi bangsa besar.
Terlebih, kata dia, peran UMKM dalam perekonomian Indonesia sangat besar, karena sebanyak 97 persen lapangan usaha disediakan oleh UMKM. Maka, sambungnya, jika sektor ini terdampak, perekonomian nasional akan sangat terpengaruh.
Berdasarkan riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), hampir 90 persen dari 400 perusahaan e-commerce di Indonesia dikuasai oleh produk impor. Padahal, perputaran uang yang beredar di pasar e-commerce Indonesia bisa mencapai Rp 300 triliun.
Teten mengatakan, jika masyarakat terdorong mengonsumsi barang lokal, maka keuntungan yang bisa diraih oleh UMKM pun semakin besar. Lalu ekosistem perdagangan online pun bisa terbentuk dengan sangat baik.
"Kalau UMKM kita bisa memanfaatkan setengah saja lewat produk-produk lokal, kita bisa mendapatkan nilai ekonomi yang tinggi. Nilainya sekitar Rp 150 triliun," ungkap dia.
Guna bisa merebut pasar e-commerce yang dikuasai produk impor, Teten juga mendorong agar segera hadir regulasi yang lebih ketat. Pengaturan ekonomi digital, menurutnya sudah sangat mendesak dilakukan.
Di media sosial, kata dia, sudah banyak UMKM yang mengeluh sudah tidak bisa bersaing dengan produk dari China yang dijual dengan harga tidak masuk akal. "Ini bukan lagi dumping, tapi predatory pricing. Pasar Tanah Abang sudah sepi. Brand skin care dan kosmetik lokal juga sekarang habis dibabat oleh produk impor, padahal sebelumnya pernah menguasai perdagangan digital di Tanah Air," kata dia.