EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Emirat Arab (UAE) Suhail Al Mazrouei mengatakan bahwa dia terkesan dengan progres pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur dalam satu tahun.
“Apa yang telah dicapai dalam setahun, yaitu kemajuan (pembangunan Tahap 1) sekitar 40 persen, sungguh luar biasa di suatu kawasan yang masih perawan, asri, dan hijau. Dunia akan melihat pengalaman Anda dan merasakan manfaatnya,” kata Suhail dalam Forum Bisnis Indonesia-UAE di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Suhail menyatakan bahwa pemerintah dan para pelaku bisnis di negaranya siap mendukung Indonesia untuk mewujudkan impiannya dalam membangun sebuah ibu kota baru yang menerapkan energi hijau dan terbarukan, yang menurutnya akan menjadi percontohan kota hijau.
“Akan ada peluang (investasi) pada berbagai bidang dan ibu kota baru – yang menurut saya sedang diupayakan oleh pemerintah– dan ini akan dipresentasikan kepada komunitas bisnis dan kami ingin perusahaan-perusahaan Emirat ada di sana dan melihat (peluang) investasi-investasi ini,” kata Suhail.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa dia bersama Menteri Suhail dan delegasi UAE baru saja berkunjung ke IKN Nusantara.
Luhut menyampaikan kepada Suhail bahwa IKN adalah satu-satunya ibu kota di dunia yang dikelilingi hutan.
Luhut mengungkapkan Uni Emirat Arab pada tahun lalu sempat ragu untuk investasi di IKN. Namun, menurut Luhut, pemerintah UAE kini berminat dan menilai bahwa investasi di IKN sangat menjanjikan.
Dalam kesempatan yang sama, Indonesia dan UAE sepakat untuk membentuk satuan tugas untuk mendiskusikan potensi kerja sama investasi kedua negara dalam beberapa sektor.
Ada delapan agenda yang akan menjadi prioritas, yaitu pembangunan kilang; percepatan pengembangan energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga geothermal, hydropower dan solar panel; dan pembangunan IKN Nusantara.
Bidang kerja sama lainnya adalah pembangunan pelabuhan dan fasilitas perawatan pesawat' kerja sama pertahanan dan satelit; program pengembangan mangrove untuk mengatasi perubahan iklim; kolaborasi hilirisasi mineral kritis; dan kerja sama ketahanan pangan dan energi.