EKBIS.CO, BANDA ACEH -- Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar menilai hilirisasi pertanian pada hakikatnya mengolah hasil pertanian menjadi berbagai produk akhir. Kegiatan ini menciptakan banyak nilai tambah, menumbuhkan kesempatan kerja, dan mengembangkan wilayah.
“Dengan catatan kita buat hilirisasi jangan di kota tapi kawasan pedesaan atau perbatasan pedesaan dengan perkotaan. Intinya dia harus dekat dengan bahan baku,” ujar Hermanto acara Diseminasi Laporan Perekonomian Aceh Kuaratl II 2023 di Banda Aceh, Selasa (26/9/2023).
Menurut dia, hilirisasi pertanian dapat dilakukan oleh perusahaan skala besar maupun skala UMKM, dengan mensinergikan dalam bentuk rantai pasok (supply chain). Kemudian, supaya UMKM itu berkembang maka juga harus ada peningkatan kewirausahaan terutama di kawasan perdesaan.
“Maka surplus tenaga kerja yang saat ini banyak di pedesaan sehingga kemiskinan terjadi, itu akan menolong dirinya sendiri,” ujarnya.
Sebab itu, lanjut dia, strategi untuk melakukan hilirisasi ialah mencakup sisi penawaran (supply) adanya inovasi untuk akses ke kredit, asuransi, informasi, akses pasar, dan kebijakan pemerintah daerah.
Sedangkan dari sisi permintaan (demand) yakni adanya kontrak, koordinasi, dan pelibatan swasta atau korporasi. “Jadi jangan dikotomikan bahwa itu korporasi tidak bisa masuk. Karena sumber pemodalan, yang menyerap bahan baku, yang memberikan teknologi, bahkan pendampingan itu dari korporasi,” ujarnya.