EKBIS.CO, MARRAKESH -- Penurunan yen baru-baru ini didorong oleh fundamental dan tidak memenuhi pertimbangan apa pun yang memerlukan intervensi pihak berwenang di pasar mata uang.
"Mengenai yen, menurut kami nilai tukar sangat dipengaruhi oleh faktor fundamental. Selama perbedaan suku bunga masih ada, yen akan terus menghadapi tekanan," kata Wakil Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Sanjaya Panth seperti dilansir dari laman Reuters, Ahad (15/10/2023).
Pihak berwenang di Jepang menghadapi tekanan baru untuk memerangi depresiasi yen yang berkelanjutan. Karena investor bertaruh pada suku bunga AS yang lebih tinggi jangka waktu yang lebih lama sementara Bank of Japan tetap berpegang pada kebijakan suku bunga superrendah.
IMF melihat intervensi valuta asing hanya dapat dibenarkan ketika terjadi disfungsi parah di pasar, meningkatnya risiko stabilitas keuangan, atau tidak tertahannya ekspektasi inflasi. "Saya kira tidak ada satu pun dari ketiga pertimbangan tersebut yang ada saat ini," kata dia.
Panth mengatakan, terdapat lebih banyak risiko positif dibandingkan risiko negatif terhadap prospek inflasi jangka pendek Jepang karena perekonomian berjalan mendekati kapasitas penuh dan kenaikan harga semakin didorong oleh permintaan yang kuat.
Namun, dia menambahkan, ini belum waktunya bagi BOJ untuk menaikkan suku bunga jangka pendek karena ketidakpastian mengenai bagaimana melambatnya permintaan global dapat memengaruhi perekonomian Jepang yang bergantung pada ekspor.
Sementara itu, BOJ harus terus mengambil langkah-langkah yang memungkinkan suku bunga jangka panjang bergerak lebih fleksibel guna meletakkan dasar bagi pengetatan moneter pada akhirnya.
Jepang membeli yen pada September dan Oktober tahun lalu, upaya pertama mereka di pasar untuk meningkatkan mata uangnya sejak 1998. Hal ini untuk membendung penurunan tajam yang akhirnya mendorong yen ke level terendah dalam 32 tahun terhadap 151,94 terhadap dolar.
Bank Of Japan (BOJ) merupakan bank sentral yang bersikap dovish di antara gelombang bank sentral yang menaikkan suku bunga, bahkan ketika kenaikan harga yang didorong oleh biaya telah menjaga inflasi di atas target dua persen selama lebih dari setahun. Gubernur BOJ Kazuo Ueda telah menekankan perlunya mempertahankan suku bunga pada tingkat yang sangat rendah sampai inflasi tetap berada kisaran dua persen, didukung oleh permintaan yang kuat dan kenaikan upah yang berkelanjutan.
BOJ mematok suku bunga jangka pendek minus 0,1 persen. Mereka juga menetapkan target nol persen sebagai imbal hasil obligasi 10 tahun berdasarkan kebijakan pengendalian kurva imbal hasil (YCC). Ketika kenaikan inflasi memberikan tekanan pada imbal hasil, bank tersebut melonggarkan cengkeramannya pada suku bunga jangka panjang dengan menaikkan batas de-facto untuk imbal hasil pada bulan Desember tahun lalu dan Juli.