EKBIS.CO, JAKARTA -- Untuk mewujudkan perekonomian Indonesia yang maju perlu adanya motor penggerak dalam hal meningkatkan inklusi keuangan. Sebagai salah satu BUMN, BRI terus menunjukkan komitmennya untuk mendorong inklusi keuangan di Indonesia. Hal tersebut selaras dengan salah satu visi BRI pada 2025, yakni menjadi 'Champion of Financial Inclusion'.
Terkait dengan hal tersebut, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa perseroan terus mengoptimalkan sumber dayanya untuk memperluas jangkauan dan melakukan pemberdayaan melalui pengembangan ekosistem pembiayaan di segmen usaha mikro dan ultramikro. Mengingat segmen tersebut merupakan sumber pertumbuhan baru perseroan yang masih sangat besar potensinya di Indonesia.
“Inklusi, pemberdayaan, dan pemerataan itu sangat penting. Oleh karena itu, kami yakin BRI yang core bisnisnya UMKM dan lebih spesifik lagi portofolio kredit mikro mencapai lebih dari 40 persen, maka kami akan fokus melayani masyarakat seluas-luasnya untuk mendukung inklusi keuangan di negeri ini,” kata Supari, dalam keterangan tertulis, Rabu (18/10/2023).
Supari menambahkan bahwa dalam memperkuat pemberdayaan bisnis mikro, BRI terus berkomitmen mengimplementasikan prinsip-prinsip ESG (environmental, social & governance). Hal ini mengingat segmen bisnis mikro menjadi backbone pertumbuhan BRI, di mana porsi kredit mikro BRI terus meningkat dari tahun ke tahun, dari 34,3 persen pada 2018 naik menjadi 43 persen pada akhir kuartal II 2023, dan ditargetkan mencapai 45 persen pada 2025 mendatang.
Sebagaimana roadmap financial inclusion BRI, perseroan menargetkan kontribusi 70 persen terhadap peningkatan inklusi keuangan pada 2024 atau sebanyak 121,6 juta nasabah. Pada tahun 2023 ini, BRI menargetkan kontribusi 65,4 persen terhadap inklusi keuangan atau sekitar 107,5 juta nasabah.
Strategi pemberdayaan BRI berada di depan pembiayaan sehingga perseroan mampu membangun risk appetite yang lebih baik untuk menjangkau setiap level entrepreneurship dengan berbagai skema yang sesuai kapabilitas nasabah. Mengacu pada empowerment framework yang dimiliki BRI, perseroan membagi target inklusi keuangan sesuai dengan level entrepreneurship nasabah di mana level terbawah/level dasar, yakni unfeasible unbankable. Lalu level tengah, yaitu feasible unbankable, dan level paling atas, yaitu feasible bankable.
Artinya, fokus BRI tidak hanya pada pembiayaan dan bantuan materil untuk segmen mikro, melainkan juga dengan journey pemberdayaan yang di antaranya berbentuk pelatihan dan literasi bisnis.
“Tentunya kalau kita mau mengangkat UMKM ini betul-betul jadi kontributor perekonomian, maka kita harus membangun kapabilitas di sektor tersebut, dalam hal ini kapabilitas empowerment atau pemberdayaan,” katanya.